SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

STUDI KELAYAKAN BISNIS UMKM



STUDI KELAYAKAN BISNIS
UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH
LEMBAGA PUSAT KAJIAN ZAKAT DAN WAKAF “EL-ZAWA”
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2014











Disusun Oleh :
Ircham Robbaq Azwar            (11510125)
Mohamad Bastomi                  (11510131)


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014



I.     Pendahuluan
Merencanakan sebuah usaha perlu perhitungan yang tepat. Hal tersebut dilakukan agar usaha yang dijalankan memiliki arah dan tujuan yang jelas. Selain itu pengelolaan suatu usaha diharapkan akan mendatangkan penghasilan dan kepuasan bagi pemiliknya. Pencapaian tujuan usaha harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan usaha. Jika diihat dari segi bisnis, suatu usaha sebelum dijalankan harus dinilai layak atau tidak layak untuk dijalankan. Agar tujuan pendirian usaha dapat tercapai sesuai keinginan, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan sebuah studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan). Dengan kata lain, jika usaha tersebut dijalankan, akan memberikan bermanfaat atau tidak. Seorang pemilik usaha dituntut harus bisa melakukan analisis kelayakan usaha dari berbagai aspek. Analisis kelayakan usaha ini dapat dilakukan sebelum menjalankan suatu usaha dan ketika terjadi pengembangan atau ekspansi usaha tersebut. Pengetahuan tentang analisis kelayakan usaha akan menjadi pegangan dalam menjalankan suatu usaha agar usaha tersebut tidak mengalami kerugian. Analisis kelayakan usaha berfungsi untuk menentukan suatu usaha layak dijalankan atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan agar suatu usaha yang sedang dirintis atau dikembangkan terhindar dari kerugian. Kesalahan dalam merencanakan suatu usaha akan berakibat pembengkakan investasi. Hal ini juga dapat terjadi apabila pemilik usaha ingin mengembangkan usahanya yang telah berjalan tanpa perhitungan yang matang. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha menjadi penting sekali untuk diperhatikan. Pada bab ini dibahas difinisi dan aspek-aspek yang terdapat pada analisis kelayakan usaha serta ilustrasi aplikasi analisis kelayakan usaha dari aspek keuangan.

II.  Difinisi dan Aspek Analisis Kelayakan Usaha
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah suatu kegiatan yang mempelajari scara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan. Analisis kelayakan usaha dapat diartikan sebagai suatu alat analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan suatu usaha. Analisis kelayakan usaha dimulai dari sebuah ide bisnis. Diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui apakah ide bisnis tersebut layak dilakukan atau tidak. Seseorang yang akan merintis sebuah UKM pasti telah melakukan analisis kelayakan usaha yang berkaitan dengan bidang usahanya. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan dapat berupa analisis kelayakan usaha sederhana dan kompleks, tergantung dari besar kecilnya usaha tersebut. Semakin besar usaha yang akan dirintis maka semakin kompleks analisis kelayakan usaha yang dilakukan. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh wirausahawan yang sedang merintis suatu usaha berbeda-beda. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh wirausahawan yang bergerak dalam bidang jasa akan berbeda dengan wirausahawan yang bergerak dalam bidang produksi barang. Hal tersebut sangat normal sekali karena kemungkinan besar terdapat perbedaan pada aspek-aspek yang dijadikan pertimbangan dalam analisis kelayakan usaha.  
Dengan demikian studi kelayakan sering juga disebut dengan Feastibility Study (FS) merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/ proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan atau proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (Benefit), baik dalam arti Financial Benefit ataupun Social  Benefit.
Faktor-faktor yang dinilai yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis antara lain, (1) Aspek hukum, (2) Aspek lingkungan, (3) Aspek pasar dan pemasaran, (4)Aspek teknis dan teknologi, (5) Aspek manajemen dan sumber daya manusia dan (6)Aspek keuangan (Suliyanto, 2010). Aspek-aspek tersebut terkait antara satu dengan yang lain. Namun demikian pada UKM yang baru dirintis biasanya hanya memperhatikan sebagian dari aspek tersebut. Perhatikan gambar 1 berikut ini.
 









Gambar 1 . Aspek analisis kelayakan usaha

Seperti pada difinisi UKM, wirausahawan yang sedang merintis suatu usaha melakukan pekerjaannya secara mandiri. Perintisan usaha tersebut biasanya dimulai dari pemilik usaha yang bersangkutan. Oleh karena itu aspek manajemen dan sumber daya manusia sering diabaikan karena usaha yang dirintis tersebut belum berkembang dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Selain itu aspek lingkungan juga sering terabaikan karena UKM memiliki wilayah operasional yang sempit dan terbatas. Demikian juga UKM yang baru dirintis belum banyak berhubungan dengan pihak luar sehingga aspek hukum juga masih dipandang belum perlu mendapat perhatian. Aspek yang sering diperhatikan oleh UKM adalah aspek teknis dan teknologi, aspek pasar dan pemasaran serta aspek keuangan. Aspek teknis dan teknologi berkaitan dengan kesiapan UKM dalam menjalankan produksi dalam bisnisnya. Aspek pasar dan pemasaran berkaitan dengan potensi pasar, keadaan persaingan usaha sejenis, market share, dan strategi pemasaran produk yang akan dipilih. Sedangkan aspek keuangan berkaitan dengan biaya-biaya yang timbul (investasi dan modal kerja) dari usaha tersebut serta tingkat pengembalian investasi dan pendapatan usaha yang dijalankan.

III.   Peranan Studi Kelayakan Bisnis
Dilihat dari segi perbankan dan lembaga keuangan lainnya, peranan studi kelayakan bisnis menjadi lebih penting lagi untuk mengadakan penilai terhadap gagasan usaha/bisnis yang mempunyai sumber dana dari lembaga tersebut. Dengan adanya studi kelayakan dalam berbagai kegiatan usaha dapat diketahui sampai seberapa jauh gagasan usaha yang akan dilaksanakan mampu menutupi segala kewajiban-kewajibannya serta prospeknya dimasa yang akan datang. Berdasarkan pada hasil penilaian ini pula, para pihak perbankan akan menyetujui atau tidak terhadap permintaan kredit dari kegiatan usaha yang diusulkan. Perlu juga diketahui, penentuan kredit bukan hanya tergantung pada jaminan kredit, koneksi, atau hubungan antarapihak pengusaha dan pihak perbankan disamping bonafid tidaknya pengusaha tersebut, namun demikian peranan studi kelayakan mempunyai andl yang cukup besar dalam mendapatkan kredit.
Bagi penanam modal, studi kelayakan merupakan gambaran tentang kegiatan usaha/ bisnis yang akan dikerjakan dan melalui studi kelayakan mereka akan dapat mengetahui prospek perusahaan dan kemungkinan-kemungkinan keuntungan yang akan diterima. Dengan studi kelayakan bisnis mereka akan mengetahui jaminan keselamatan dari modal yang akan ditanam dan berdasarkan studi kelayakan ini pula mereka akan mengambil keputusan terhadap penanaman investasi,
IV.   Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
1.      Menghindari risiko kerugian
2.      Memudahkan perencanaan
3.      Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
4.      Memudahkan pengawasan
5.      Memudahkan Pengendalian


A.    Aspek Teknis Dan Teknologi
Aspek teknis dan teknologi dipandang perlu diperhatikan untuk mengetahui apakah secara teknis usaha dapat dijalankan dan teknologi yang diperlukan sudah tersedia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan usaha dari aspek teknis dan teknologi antara lain :
·         Penentuan lokasi usaha
·         Penentuan luas atau skala produksi
·         Penentuan alat-alat produksi
Penentuan teknologi yang digunakan dalam berproduksi Penentuan lokasi produksi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jenis usaha yang akan atau sedang dikembangkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi produksi antara lain: (1) Ketersediaan bahan mentah, (2) Letak pasar yang dituju, (3) Ketersediaan sumber energi, air dan sarana telekomunikasi, dan (4)Ketersediaan sarana transportasi. Luas atau skala produksi masing-masing usaha berbeda satu dengan yang lain. Luas produksi sangat penting untuk direncanakan agar usaha yang dikembangkan mencapai tingkat keuntungan yang maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas produksi usaha antara lain: (1) Bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi, (2) Produk yang dihasilkan, (3) Besar kecilnya mesin yang digunakan, dan (4) Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Penentuan alat-alat produksi yang digunakan berkaitan erat dengan keuntungan dan kerugian jangka panjang. Ketepatan alat produksi akan menunjang keuntungan jangka panjang karena pemilik usaha dapat mengoptimalkan penggunaan alat tersebut. Sebaliknya, kesalahan dalam memilih alat-alat produksi akan memaksa pemilik usaha untuk mengganti alat tersebut. Jika ini terjadi maka pemilik usaha sama saja melakukan investasi dua kali untuk pekerjaan yang sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alat-alat produksi antara lain: kesesuaian dengan teknologi, kesesuaian harga peralatan dengan kemampuan keuangan, kemampuan atau kapasitas produksi peralatan, ketersediaan suku cadang dan perawatan, kualitas dan umur ekonomis. Teknologi senantiasa berkembang dari masa ke masa. Meskipun demikian, tidak selalu teknologi baru cocok diterapkan pada proses produksi usaha yang sedang dikembangkan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi dalam melakukan proses produksi antara lain: (1) Kemampuan tenaga kerja dalam menggunakan teknologi, (2) Kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang digunakan, (3) Kemungkinan pengembangan teknologi peralatan di masa yang akan datang, dan (4)Keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain.
B.  Aspek Pasar Dan Pemasaran
Menjadi seorang pemilik usaha yang sukses tidak hanya dituntut untuk memproduksi produk yang berkualitas saja, tetapi juga harus mengerti siapa saja yang akan membeli produk tersebut. Oleh karena itu seorang pemilik usaha yang cerdas akan membuat rencana pemasaran terlebih dahulu sebelum memproduksi sebuah produk. Rencana pemasaran dibuat setelah data-data dan informasi tentang pasar diketahui. Namun sebelum mengolah data-data dan informasi tersebut, seorang pemilik usaha harus bisa menjawab minimal tiga pertanyaan tentang bisnis yang sedang dirintis. Perhatikan gambar 2 berikut ini.
 






Gambar 2. Gambaran umum sasaran pemasaran
Pertanyaan pertama adalah dimana posisi kita saat ini?. Maksud pertanyaan ini adalah pengetahuan pemilik usaha tentang posisi usahanya tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut seorang pemilik usaha harus mengetahui latar belakang perusahaan yang didirikan, kekuatan dan kelemahan perusahaan, kondisi persaingan usaha dan bagaimana peluang serta hambatan yang dihadapi. Banyak sekali latar belakang sebuah usaha didirikan. Latar belakang terebut bisa berupa mencari keuntungan semata, mencari keuntungan sekaligus berusaha untuk mandiri sebagai seorang pemilik usaha, atau hanya ingin sekedar coba-coba karena melihat peluang yang bagus. Setelah latar belakang pendirian usaha ditetapkan, pemilik usaha harus mampu melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan yang dibangunnya tersebut. Kekuatan dan kelemahan dapat dilihat dari sisi peralatan produksi, keuangan, lokasi, sumber daya manusia, teknologi yang digunakan dan ketersediaan bahan baku. Sedangkan peluang dan hambatan diketahui dari pencarian data-data dan informasi tentang pasar suatu produk. Bisa jadi data-data atau informasi tersebut didapatkan dari survey pasar, informasi dari pelaku usaha yang sudah terlebih dahulu berdiri, tanya jawab dengan toko-toko tentang selera masyarakat, dan lain sebagainya. Pertanyaan kedua adalah kemanakah arah, tujuan dan sasaran pemasaran produk yang diproduksi? Setelah mengerti peluang dan hambatan dalam suatu usaha, pemilik usaha harus segera menetapkan sasaran pasarnya. Apakah produk yang dihasilkan tersebut akan dijual dengan cara langsung ke konsumen (direct selling), dijual dengan metode konsinyasi (dititipkan) ke toko-toko, atau dengan cara dipesan terlebih dahulu. Hal ini menjadi cukup penting karena akan berkaitan erat dengan proses produksi yang akan dilakukan. Pertanyaan ketiga adalah bagaimana caranya untuk mencapai sasaran tersebut? Ada berbagai cara yang bisa ditempuh untuk mencapai sasaran usaha yang telah ditetapkan. Namun cara-cara tersebut pasti memiliki banyak sekali rintangan. Rintangan yang timbul dapat berasal dari proses produksi, distribusi produk, jaminan kualitas dan lain-lain. Meskipun memiliki rintangan, pemilik usaha dituntut untuk tetap berjuang pantang menyerah dan berfikir kreatif serta inovatif untuk menghadapi dan memecahkan semua bentuk rintangan yang mungkin timbul untuk mencapai sasaran yang akan dituju. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa rencana pemasaran (marketing plan)adalah suatu proses perencanaan yang harus disiapkan untuk mengetahui posisi perusahaan, mengetahui sasaran yang akan dicapai dan tindakan-tindakan untuk mencapai sasaran tersebut. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam rencana pemasaran, yaitu :
1.      Menganalisa keadaan lingkungan dan peluang pasar
2.      Mengembangkan sasaran pemasaran
3.      Menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan lingkungan dan peluang pasar tersebut
4.      Menciptakan taktik atau tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan strategi pemasaran yang telah dibuat.

1.      Perubahan Pandangan tentang Pemasaran
Semenjak pemilik usaha mempelajari tentang pemasaran, berkembang pandangan-pandangan tentang pemasaran tersebut. Perubahan pandangan tentang pemasaran tersebut dapat dilihat pada gambar 3a sampai dengan 3e berikut ini.




 














Gambar 3e Penjelasan gambar :
Gambar 3a : Pandangan tentang pemasaran yang pertama ditunjukkan pada gambar ini. Pada awalnya kegiatan pemasaran masih memiliki porsi yang sama dengan kegiatan yang lain. Porsi kegiatan pemasaran masih sama dengan kegiatan produksi, personalia dan keuangan. Hal tersebut terjadi karena waktu itu sebuah perusahaan hanya berfikir untuk menciptakan produk saja. Kondisi lingkungan saat itu menunjukkan bahwa belum banyak saingan yang muncul, teknologi belum berkembang pesat dan perusahaan sejenis belum terlalu banyak
Gambar 3b : Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa porsi kegiatan pemasaran diperbesar dari kegiatan yang lain. Pemilik usaha sudah berfikir tentang efisiensi tenaga kerja, sehingga porsi kegiatan personalia dikurangi. Sudah mulai muncul mesin-mesin pengganti tenaga manusia sehingga kebutuhan tenaga kerja dikurangi.
Gambar 3c : Gambar ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran menjadi sentral dari kegiatan perusahaan. Semua unit kegiatan yang lain (produksi, keuangan dan personalia) diarahkan untuk membantu kegiatan pemasaran. Orientasi perusahaan berubah yang semula hanya berusaha untuk menciptakan produk sesuai dengan sudut pandang perusahaan, sekarang berubah untuk menciptakan produk sesuai sudut pandang konsumen. Oleh karena itu perusahaan mulai menekankan pada produksi yang berorientasi pasar dan permintaan.
Gambar 3d : Pada gambar 3d tersebut terlihat adanya istilah baru dalam kegiatan perusahaan yaitu langgangan. Dikarenakan persaingan usaha sejenis semakin ketat, perusahaan mulai berlomba-lomba menciptakan langganan. Semua kegiatan perusahaan mulai dari pemasaran, produksi, personalia dan keuangan diarahkan untuk memberikan layanan terbaiknya demi menciptakan langganan.
Gambar 3e : Gambar 3e menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan benar-benar fokus untuk menciptakan langganan produk perusahaan tersebut. Usaha menciptakan pelanggan didukung sepenuhnya oleh kegiatan pemasaran. Sedangkan kegiatan pemasaran perusahaan didukung juga oleh semua kegiatan yang ada pada perusahaan tersebut. Istilah Pembeli adalah Raja benar-benar diberlakukan. Langganan dengan pembeli memiliki perbedaan. Pembeli bisa jadi hanya sekali saja membeli produk dari perusahaan tersebut, namun pelanggan adalah pembeli yang datang kembali untuk membeli produk. Menciptakan pembeli tidak semudah menjual produk saja. Pelanggan tercipta karena pembeli merasa mendapat manfaat yang lebih dibandingkan dengan uang yang telah dibayarkannya. Manfaat yang lebih tersebut didapat dari kualitas produk, pelayanan bagian pemasaran, kenyamanan ketika menggunakan produk dan jaminan (garansi) keamanan saat mengkonsumsi produk.
2.      Pemasaran dengan Konsep AIDA+S
Sekarang ini perilaku konsumen dalam membeli produk dapat digambarkan dengan konsep AIDA+S. Gambar 4 menggambarkan urutan perilaku konsumen dalam membeli barang. 1. Attention = Perhatian 2. Iterest = Minat 3. Desire = Keinginan 4. Action = Tindakan 5. Satisfaction = Kepuasan










Gambar 4. Konsep AIDA+S
Sekarang bayangkan Anda memiliki sebuah toko yang menjual berbagai macam produk. Ada beberapa produk yang dipajang pada etalase toko tersebut. Suatu ketika ada seorang konsumen yang lewat di depan toko Anda. Karena Anda memajang beberapa produk yang menarik, konsumen tersebut tertarik untuk melihat produk yang Anda pajang tersebut. Ketika konsumen melihat produk yang dipajang tersebut berarti konsumen tersebut telah menunjukkan perhatiannya (Attention). Setelah konsumen menunjukkan perhatiannya pada produk tersebut, kemudian akan ada dua kemungkinan yang terjadi. Konsumen tersebut akan berlalu begitu saja atau konsumen tersebut akan berhenti sebentar dan menunjukkan minat (Interest) pada produk yang telah diperhatikannya tadi. Jika konsumen sudah mulai berminat, bagian pemasaran harus segera merespon minat konsumen tersebut dan mencoba memunculkan keinginan (Desire) konsumen untuk membeli barang tersebut. Konsumen harus dibuat mengerti dan merasakan bahwa ketika dia membeli barang tersebut, konsumen mendapatkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan uang yang akan dikeluarkan untuk membayar produk tersebut. Jika keinginan konsumen telah muncul maka dia akan memutuskan untuk membeli produk tersebut. Hal ini yang dinamakan dengan tindakan (Action). Sampai di sini proses penjualan telah selesai, namun proses pemasaran belum selesai. Proses pemasaran yang berhasil dapat dilihat dari respon konsumen setelah membeli produk yang dijual. Jika konsumen puas dan mau kembali lagi untuk membeli di toko tersebut, maka konsumen tersebut dapat dikatakan telah mendapatkan kepuasan (Satisfaction). Membuat konsumen merasakan kepuasan dalam membeli suatu produk memerlukan usaha yang cukup keras. Usaha tersebut dimulai dari pembuatan kualitas dan bentuk produk yang dijual, pelayanan di saat konsumen membeli produk, jaminan keamanan dan lain-lain. Inti dari kepuasan konsumen adalah konsumen merasa bahwa uang yang dibayarkan ketika membeli produk lebih kecil dibandingkan dengan nilai produk tersebut ditambah dengan pelayanan penjual yang memuaskan.
C.      Aspek Keuangan
Aspek keuangan sering juga disebut dengan analisis finansial usaha. Menurut Sofyan (2003) analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis kelayakan usaha. Kegiatan analisis finansial dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu: (1) Membuat seluruh rekap penerimaan usaha, baik yang berasal dari kegiatan utama usaha tersebut maupun kegiatan sampingannya, (2) Membuat seluruh rekap biaya yang dikeluarkan untuk operasional usaha tersebut, dan (3) Menguji aliran kas masuk yang dihasilkan oleh usaha tersebut, apakah layak atau tidak layak sesuai dengan kriteria finansial. Beberapa manfaat analisis finansial usaha antara lain :
·         Pemilik usaha : mendapatkan informasi tentang keuntungan usaha dan tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang telah ditanamkan pada usaha tersebut.
·         Pemberi pinjaman : mendapatkan informasi tentang kelayakan usaha jika usaha tersebut dibiayai. Selain itu pemberi pinjaman juga akan mengetahui apakah usaha tersebut mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan (angsuran pokok dan bunganya) atau pemenuhan kesepakatan bagi hasil bagi yang menganut sistem syariah.
·         Pemerintah: mengetahui kemampuan usaha tersebut dalam memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintah. Pemerintah sebagai pemberi ijin usaha berkepentingan untuk mengabulkan permohonan ijin usaha sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
·         Pelaksana usaha: sebagai panduan dalam menjalankan usaha agar dapat sesuai dengan target dan rencana yang telah disusun. Kriteria finansial yang digunakan untuk mengetahui sebuah usaha layak dijalankan atau tidak antara lain : Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Payback Period (PP) digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam suatu usaha kembali. Alternatif PP yang paling baik adalah yang paling cepat dalam pengembalian modal tersebut. Terdapat dua asumsi yang digunakan untuk menghitung PP, yaitu jika suatu usaha memiliki aliran kas yang sama dan jika usaha tersebut tidak memiliki aliran kas yang sama. Pertama, jika suatu usaha memiliki aliran kas yang sama maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
 






















 











Dengan menggunakan cara yang sama PP usaha B adalah 4 tahun 3 bulan 29 hari. Dengan demikian usaha A lebih layak karena memiliki tingkat pengembalian modal yang lebih cepat.
Pada ilustrasi tersebut, modal adalah semua biaya yang diperkirakan keluar selama usaha berjalan dalam kurun waktu 5 tahun. Biaya-biaya tersebut dapat berupa biaya investasi, penyusutan, biaya operasional, pajak, biaya overhead dan lain-lain.
Net Present Value (NPV) merupakan metode yang dilakukan dengan membandingkan nilai sekarang (present value) dari aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang (present value) biaya yang dikeluarkan. Jika hasil perhitungan NPV bernilai positif berarti usaha tersebut layak dilakukan. Dan jika NPV bernilai negatif maka usaha tersebut tidak layak dilakukan. Hasil perhitungan NPV sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (discount rate) yang ditentukan. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah :




 



Dalam mencari nilai present value terdapat istilah discount factor (DF) atau nilai diskon dari nilai uang di masa depan yang dibawa/dinilai pada saat sekarang (present). Rumus untuk mencari DF tersebut adalah :


Dalam mencari nilai present value terdapat istilah discount factor (DF) atau nilai diskon dari nilai uang di masa depan yang dibawa/dinilai pada saat sekarang (present). Rumus untuk mencari DF tersebut adalah :






Profitability Index (PI) merupakan perbandingan antara benefit (present value of proceed) dengan biaya (present value of cost) yang dikeluarkan dalam sebuah usaha. Benefit yang dimaksud dalam analisa PI adalah nilai sekarang dari usaha tersebut. Kriteria usaha layak adalah jika Profitability Index (PI) tersebut bernilai lebih besar dari 1 (satu). Rumus yang digunakan adalah :


Contoh perhitungan analisis kelayakan usaha menggunakan metode NPV, IRR dan PI adalah sebagai berikut :

Sebuah usaha memiliki data-data perhitungan sebagai berikut :
 




Discount rate (r) untuk lima tahun mendatang diasumsikan 5% per tahun. Untuk mencari alternatif usaha yang paling baik antara usaha A dan B, maka dibuat tabel seperti di bawah ini :





a.    Nilai NPV dicari dengan menjumlahkan semua nilai present value dari tahun ke-0, sehingga :  : -50,000,000 + 6,666,667 + 9,070,295 + 10,366,051 + 12,340,537 + 13,319,945
     : 1,763,495
       : -50.000.000 + 7,619,048 + 8,163,265 + 10,366,051 + 11,517,835 + 12,536,419
     : 202,617
dari NPV antara usaha A dengan usaha B, maka yang lebih layak dijalankan adalah usaha A karena nilai NPV lebih besar.
b.    Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba atau trial and error. Cara yang digunakan adalah dengan merubah nilai discount rate (r) sehingga didapatkan discount factor (DF) tertentu. DF tersebut digunakan untuk mencari NPV hingga bernilai negatif. Jika nilai NPV sudah negatif maka perhitungan dihentikan dan nilai IRR dapat dicari. Perhatikan tabel berikut ini :


 

















Kriteria kelayakan berdasarkan hasil IRR adalah apabila IRR lebih besar dari pada suku bunga deposito bank yang berlaku. Misalkan saat ini suku bunga deposito adalah 6% per tahun, sedangkan hasil IRR adalah 13,82 %, maka usaha tersebut layak dilakukan karena IRR > r (suku bunga deposito). Dengan cara yang sama IRR usaha B dapat dicari sehingga kelayakan usahanya dapat diketahui. Jika menghadapi dua buah alternatif usaha, maka IRR terbesar yang sebaiknya dipilih.








c.    Nilai Probability Index (PI) dapat dicari dengan menggunakan rumus
 









Dengan demikian kedua usaha tersebut layak karena kriteria kelayakan usaha menurut nilai Probability Index (PI) adalah ketika PI > 1. Namun jika diminta untuk memilih alternatif usaha A dan usaha B, yang paling layak adalah usaha A karena nilai  lebih besar
Ketika usaha sedang berjalan kemungkinan terjadi perubahan-perubahan harga input dan output. Perubahan tersebut terjadi seiring dengan dinamika pasar produk yang dijual. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan analisis sensitivitas yang berfungsi untuk mencari batasan-batasan kegiatan produksi agar usaha tersebut tidak mengalami kerugian. Namun sebelum mempelajari analisis sensitivitas, diperlukan juga pengetahuan tentang perhitungan pendapatan, biaya, keuntungan, rasio pendapatan dengan biaya, dan titik impas atau Break Event Point (BEP).
Secara sederhana pendapatan dapat diartikan sebagai banyaknya uang yang diterima dengan menjual sejumlah produk usaha dengan harga tertentu. Secara matematis, pendapatan (R) = jumlah produk yang dijual (Q) x harga produk (P) atau TR = Q x P. Biaya pada usaha kecil terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap atau Fixed Cost (FC) dan biaya variabel atau Variable Cost (VC). Biaya tetap (FC) adalah semua biaya pada suatu usaha yang tidak terpengaruh pada jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap tersebut akan selalu muncul meskipun usaha tersebut berhenti berproduksi. Contoh dari biaya tetap diantaranya adalah penyusutan peralatan, gaji pokok karyawan tetap, sewa lahan atau kios dan pajak bangunan. Sebagai contoh adalah biaya penyusutan peralatan. Mengapa biaya penyusutan peralatan digolongkan biaya tetap? Karena suatu peralatan yang diinvestasikan pada suatu usaha memiliki umur ekonomis tertentu yang mana apabila alat tersebut dipakai atau tidak dipakai, nilai penyusutannya tetap ada dan terus melekat pada alat tersebut. Misalkan seorang pengusaha salon yang menginvestasikan alat-alat pelurus rambut (rebonding) untuk menambah pelayanan kepada konsumennya. Harga satu set alat tersebut Rp. 10.000.000,- dengan usia pakai diperkirakan 3 tahun. Jika setelah 3 tahun alat tersebut dijual akan laku dengan harga Rp. 500.000,-. Dari ilustrasi tersebut dapat dihitung biaya penyusutannya dengan metode garis lurus sebagai berikut :
 








Dari hasil perhitungan ternyata penyusutan 1 set alat rebonding adalah sebesar Rp. 263.889,- per bulan. Dengan demikian pengusaha salon tersebut akan terus dibebani dengan biaya tetap sebesar Rp. 263.889,- setiap bulan meskipun salon yang dikelolanya berhenti beroperasi. Biaya variabel (VC) adalah semua biaya pada suatu usaha yang dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Contoh biaya variabel diantaranya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja harian, biaya listrik dan air, dan biaya transportasi operasional harian. Biaya bahan baku menjadi biaya variabel karena banyak sedikitnya produksi ditentukan dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Semakin banyak bahan baku yang digunakan maka semakin banyak produksi yang dihasilkan. Sementara itu bahan baku memiliki harga tertentu sehingga jika dikalikan dengan jumlahnya menjadi biaya bahan baku. Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dengan total biaya. Suatu usaha dikatakan untung apabila pendapatannya lebih besar dari pada biayanya. Sedangkan rasio pendapatan dengan biaya R/C ratio adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan masih layak dijalankan apabila R/C ratio lebih besar dari pada satu. Titik impas atau Break Event Point (BEP) adalah suatu nilai yang mana menunjukkan suatu usaha tidak mengalami keuntungan dan kerugian. BEP merupakan titik kritis suatu usaha. Jika pemilik usaha menginginkan keuntungan maka produksi maupun pendapatannya harus di atas BEP tersebut. Terdapat tiga jenis BEP, yaitu: (1)BEP pendapatan yang menunjukkan kelayakan suatu usaha apabila pendapatannya melebihi BEP tersebut, (2) BEP jumlah produksi yang menunjukkan kelayakan suatu usaha apabila jumlah produksi lebih besar dari BEP tersebut, dan (3) BEP harga jual yang menunjukkan kelayakan suatu usaha apabila harga jual produk lebih besar dari pada BEP tersebut. Secara umum rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Secara umum rumus yang digunakan sebagai berikut :







Seperti yang sudah disebutkan di bagian awal bab ini bahwa analisis kelayakan usaha dilakukan pada saat mengawali atau merintis usaha dan pengembangan usaha. Perhatikan gambar ... berikut ini.







Pada usaha baru, analisa keuangan usaha menggunakan asumsi-asumsi. Asumsi tersebut diperoleh dari survey, baik pada harga jual produk (output) dan harga faktor- faktor produksi (input). Sedangkan pada pengembangan usaha, analisis kelayakan usaha menggunakan data dan proyeksi usaha. Data tersebut diperoleh dari history atau rekap pencatatan atas pendapatan dan biaya produksi. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisa untuk menentukan proyeksi pengembangan usaha di masa depan. Proyeksi yang dilakukan antara lain proyeksi terhadap harga jual produk, kapasitas produksi, permintaan produk, dan harga faktor-faktor produksi. Perhitungan ketika mengawali usaha dibandingkan dengan pengembangan usaha kurang lebih sama. Namun biasanya variabel yang diperhitungkan dalam pengembangan usaha lebih banyak dibandingkan dengan ketika mengawali usaha. Hal tersebut dikarenakan pengusaha telah mengetahui realita kebutuhan dan pemasaran usahanya. Selain itu skala usaha yang dikembangkan pasti meningkat.
V.      Aplikasi Perhitungan Analisis kelayakan usaha
Setelah mengetahui beberapa alat untuk menganalisis suatu usaha layak dijalankan atau tidak, akan diberikan sebuah ilustrasi perhitungan rencana usaha dan pengembangannya. Contoh kasusnya seperti ilustrasi di bawah ini :
Ilustrasi:
Pak Rizqul sedang merintis sebuah usaha kursus bahasa Inggris. Kursus tersebut rencananya dilakukan di lahan pekarangan sebelah rumahnya yang masih kosong. Untuk tahap awal tentor dari usaha tersebut adalah istri pak Rizqul sendiri. Demi mewujudkan rencana tersebut, pak Rizqul membutuhkan investasi sebagai berikut :









Untuk menjalankan usaha tersebut, pak Rizqul membutuhkan bahan-bahan dan tenaga kerja sebagai berikut :


 








Kursus tersebut menggunakan sistem paket yang berlaku 1 bulan per paketnya. Biaya per paket adalah Rp. 100.000,- per peserta. Peserta yang ikut dalam kursus tersebut diperkirakan rata-rata 75% dari total kapasitas kelas, sehingga setiap paket ada 15 peserta yang mengikuti kursus. Setiap hari terdapat 2 paket kelas, yaitu paket pemula dan lanjutan. Dengan demikian ada 30 peserta yang mengikuti kursus. Perhitungan untuk pendapatan bulanan adalah :
 




Discount rate ditentukan berdasarkan tingkat inflasi tahunan sebesar 6% per tahun. Dengan data tersebut dapat dihitung nilai NPV, IRR dan PP sebagai berikut :


 

































Kemudian untuk menghitung kelayakan usaha yang dijalankan per bulan, digunakan analisis kelayakan usaha dengan menghitung keuntungan usaha, R/C ratio dan Break Event Point. Perhatikan rumus-rumus berikut ini.















Yang belum ada dari data-data tersebut adalah Biaya total (TC) dan Rerata Biaya variabel (AVC). Untuk menghitung biaya total per bulan diperlukan variabel biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya variabel telah diketahui, sehingga tinggal biaya tetap (FC) yang perlu dicari. Untuk mencari biaya tetap (FC) digunakan metode penyusutan alat-alat investasi.
 








Untuk mencari Rerata biaya variabel (AVC) digunakan cara membagi total biaya variabel (operasional) per bulan dengan jumlah peserta per bulan. Perhatikan tabel berikut ini.

Biaya Variabel (operasional)per bulan









Keuntungan usaha kursus tersebut adalah Rp. 1.405.000,- per bulan. Jika dilihat dari hasil R/C ratio = 1,88 menunjukkan bahwa setiap Rp.1000,- yang ditanamkan pada usaha tersebut akan memberikan pendapatan sebesar Rp.1.880,-.
BEP pendapatan = Rp. 570.175,- menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi jika memperoleh pendapatan sebesar Rp. 570.175,-/bulan.
BEP produksi = 5,6 atau dibulatkan menjadi 6 menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi jika peserta yang mengikuti kursus sebanyak 6 orang.
BEP harga = Rp. 53.166,- menunjukkan bahwa usaha kursus tersebut tidak untung dan tidak rugi jika peserta dikenakan biaya sebesar Rp. 53.166,- per orang, dengan catatan peserta kursus sebanyak 30 orang.

D.  Analisis Aspek Legal/ Hukum
Penilaian aspek ini penting dilakukan sebelum proyek terlanjur diberhentkan oleh pihak-pihak yang berwajib karena dianggap beroperasi secara legal atau menghadapi protes masyarakat yang menganggap bahwa proyek/bisnis yang dibangun melanggar norma kemasyarakatan. Dalam aspek yuridis yang perlu dilihat dari sisi :
a.       Who (siap pelaksana usaha)
b.      What (proyek usaha apa yang dibuat)
c.       Where (dimana proyek usaha dibuat)
d.      When (kapan proyek usaha akan dilaksanakan)
e.       How (bagaimana proyek usaha dilaksanakan)

a.    Siapa pelaksana usaha
  Siapa pelaksana dapat didekati dengan dua macam:
- Badan Usahanya
- Individu yang terlibat sebagai decision makers
Beberapa bentuk yuridis perusahaan :
Ø  Perusahaan perorangan, merupakan perusahaan yang dikelola oleh seseorang. Disatu pihak dia memperoleh semua keuntungan perusahaan, disisi lain dia juga menanggung semua resiko yang timbul dari kegiatan perusahaan.
Ø  Firma (Fa), suatu bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa orang dengan menggunakan nama bersama. Semua anggota mempunyai tanggung jawab sepenuhnya. Bila perusahaan memperoleh untung dibagi bersama tapi bila menderita rugi ditanggung bersama pula.
Ø  Perseroan Komanditer (CV), merupakan suatu persekutuan oleh beberapa orang yang masing-masing menyerahkan sejumlah uang dalam jumlah tertentu (tidak selalu sama). Anggota ada 2 macam ada yang aktif dan ada yang pasif.
Ø  Perseroan Terbatas (PT), bentuk perusahaan yang modalnya terbagi atas saham- saham. Makin banyak saham yang dimiliki makin besar andilnya dan kedudukannya dalam perusahaan tersebut.
Ø  Koperasi, merupakan bentuk badan usaha yang bergerak dibidang ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni pribadi dan tidak dapat dialihkan.
Identitas pelaksana :
-          Kewarganegaraan, hal ini perlu diketahui karena berkaitan dengan prosedur pinjaman.
-          Informasi Bank, perlu diketahui apakah anggota perusahaan sponsor proyek adalah debitur bank lain. Jika ya apakah ada keterlibatan lain.
-          Keterlibatan pidana dan perdata, perlu diketahui apakah pelaksana proyek tengah terlibat dalam suatu tindakan yang dapat menimbulkan gugatan ataupun tuntutan.
-          Hubungan keluarga, jika terdapat hubungan suami istri, keluarga sebagai individu yang terlibat dalam proyek, perlu diselidiki bagaimana kebijaksanaan pengelolaan yang digunakan.
b. Usaha apa yang dilaksanakan
·         Bidang usaha yang dibangun harus sesuai dengan anggaran dasar UMKM.
·         Kerasjinan
·         Franchise
·         Jasa, dll
c. Dimana usaha dilaksanakan
·         Perencanaan wilayah
·         Status tanah
d. Waktu / pelaksanaan
Disamping waktu operasional, perlu dilihat pula waktu yang berkaitan dengan perizinan. Semua perizinan masih berlaku/tidak.
e. Bagaimana Cara Melaksanakan Usaha
Telah dijelaskan dalam aspek manajemen.
            Serta harus dilengkapi dengan adanya berbagai aspek legal rencana bisnis yang akan kita laksanakan yang meliputi ketentuan hukum lainnya antara lain : Izin lokasi, Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan  hukum lainnya, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), Surat tanda daftar perusahaan, Surat izin tempat usaha dari pemda setempat, surat tanda rekanan dari pemda setempat, SIUP setempat, dll.

E.  Analisis Aspek Ekonomi
Selain aspek yang telah disebutkan diatas, perlu pula mengadakan analisis kemanfaatan dan biaya terhadap perekonomian secara nasional dan sosial, dimana kedalaman dan keluasan analisanya terangtung dari kriteria-kriteria yang ditentukan untuk menilai suatu proyek.
Aspek-aspek penilaian manfaat suatu proyek
Manfaat dan biaya usaha dapat ditinjau dari :
-          Sisi rencana pembangunan usaha, analisis manfaat usaha ditinjau dari sisi ini dimaksudkan agar usaha dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, menggunakan sumber daya lokal, dan kalau bisa menambah pendapatan daerah maupun nasional.
-          Sisi distribusi nilai tambah
-          Sisi tenaga kerja
-          Sisi keuntungan ekonomi nasional
-          Sisi pengaruh sosial
-          Sisi manfaat/biaya sosial
Hambatan Pembangunan Ekonomi
Beberapa hambatan pembangunan ekonomi dapat berupa, iklim tropis, produktivitas rendah, kapital sedikit, nilai perdagangan luar negeri yang rendah, besarnya pengangguran, besarnya ketimpangan distribusi pendapatan, tekanan produk yang buruk, penggunaan tanah dengan produktivitas rendah.

F.   Analisis Aspek Lingkungan
Pada analisis aspek lingkungan didasarkan pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL adalah suatu kajian secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncakan terhadap lingkungan.
Perlunya AMDAL adalah :
-          Peraturan Pemerintah
-          AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan adanya kegiatan usaha.
Peran AMDAL :
-          Peran dalam pengelolaan lingkungan
-          Peran dalam pengelolaan proyek
-          Peran dalam dokumen penting

G.      Aspek Manajemen
1.      Manajemen Pembangunan Usaha
Pada masa pembangunan proyek, menyusun rencana penyelesaian usaha tepat pada waktunya, mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya diarahkan agar sarana fisik proyek tersebut dapat disiapkan tepat waktu. Masa pembangunan usaha bukan hanya pembangunan sarana fisik saja tetapi berbagai sarana lain sampai proyek melakukan produksi percobaan.
Perencanaan Pelaksanaan Usaha
Tahap perencanaan usaha merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan. Langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan usaha adalah :
·         Merancang pelaksanaan proyek usaha, membaginya dalam berbagai kegiatan- kegiatan diidentifikasi dan hubungan antar kegiatan harus jelas.
·         Menentukan skedul/jadwal kegiatan dalam usaha.
Berkaitan dengan waktu, biasanya dipergunakan bantuan teknik/cara seperti bagan GANTT atau diperluas dengan menggunakan analisa jaringan  (Network Analysis) seperti PERT.
1.      Bagan GANTT
Bagan ini untuk mengatasi masalah pengawasan produk. Bagan ini kemudian menjadi titik tolak dipergunakannya teknik analisa jaringan seperti PERT dan CPM. Bagan GANTT pada dasarnya merupakan peta yang menggambarkan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan hubungan yang ada pada tiap tingkat/tahap pekerjaan.
2.      Konsep Network Planning
Network Planning (analisa jaringan) merupakan suatu kegiatan perencanaan sekaligus pengawasan. Dalam Network Planning dimulai dengan menginventarisasikan segala kegiatan/aktivitas dan termasuk pula disini logika ketergantungan antara aktivitas/kegiatan tersebut. Selanjutnya proyek usaha akan dapat dilaksanakan setelah faktor waktu dan sumber daya juga disediakan.
Manfaat dibuatnya Network Planning
-          Dengan harus menggambarkan logika ketergantungan dari setiap kegiatan dalam sebuah analisa jaringan, secara tidak langsung sebelumnya sudah merencakanan sebuah usaha sampai detail.
-          Dapat digunakan untuk pengawasan atas pelaksanaan sebuah proyek baik dari sisi waktu maupun biaya.
Dalam membuat suatu analisa jaringan beberapa data yang diperlukan, antara lain :
-          Urutan pekerjaan
-          Biaya untuk setiap kegiatan atau biaya percepatan kegiatan
Dalam membuat/menggambarkan analisa jaringan konsep yang diperlukan :
-          Events (kejadian) suatu keadaan tertentu yang terjadi pada saat tertentu.
-          Aktivitas pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kejadian tertentu.
Kejadian tersebut biasanya diberi simbol lingkaran dan aktivitas dilukiskan sebagai anak panah yang menghubungkan kedua lingkaran.   


Contoh jaringan yang sederhana :     
 






Event   1                                  aktivitas           1 – 2
2                                                          2 – 3
3                                                              2 – 4
4         
2.      Manajemen Operasional Bisnis
Menurut Pearce & Robinson, manajemen strategik adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil formulasi dan implementasi serta rencana yang didesain untuk mencapai tujuan perusahaan.
Aktivitasnya:
         memformulasikan visi/ misi, tujuan dan sasaran perusahaan
         mengembangkan profil perusahaan
         menilai lingkungan internal dan eksternal perusahaan
         menentukan tujuan jangka panjang, jangka menengah &jangka pendek
         meng-implementasikan dan meng-evaluasi proses strategik sebagai masukan pengambilan keputusan yang Akan dating

IV. Penutup
Analisis kelayakan usaha penting sekali dilakukan ketika seseorang akan mengawali atau merintis sebuah usaha maupun mengembangkan usaha yang telah berjalan. Secara finansial, ada beberapa indikator yang perlu diuji untuk mengetahui usaha tersebut layak dilakukan atau tidak. Tulisan ini merupakan ikhtisar sederhana tentang analisis kelayakan usaha yang sangat sering dilakukan oleh orang yang akan mengawali usaha maupun mengembangkan usaha yang telah dirintisnya. Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari berbagai macam aspek. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan karena saling mendukung untuk keberlangsungan usaha yang dijalankan. Yang lebih penting adalah dukungan biaya operasional untuk menjalankan usaha tersebut. Sebuah usaha didirikan untuk mencapai tujuannya yaitu memberikan manfaat secara maksimal kepada pemilik usaha. Jika usaha tersebut telah memberikan manfaat maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha antara lain adalah analisis kelayakan dari aspek teknis dan teknologi, pasar dan pemasaran serta keuangan. Aspek keuangan dihitung berdasarkan nilai Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Beberapa indikator aspek keuangan tersebut merupakan penghitungan berdasarkan nilai waktu. Selain indikator tersebut ada juga penghitungan aspek keuangan dengan mencari keuntungan (π), R/C ratio dan titik impas (Break Event Point).


Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

VISITOR

clustrmap

Lencana Facebook

translate

JOIN TO FOLLOW

Labels

Recent Posts