PERIODE LANJUT USIA ( 60 TAHUN - WAFAT )
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan
fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa
dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada
masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis.
Perubahan
ini juga terjadi pada aspek psikologi dan sosialnya. Selain itu permasalahan
mengenai perubahan di usia tua ( 60-meninggal ) juga perlu untuk dibahas secara
terperinci.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana
penyesuaian diri terhadap perubahan fisik ?
b. Bagaimana
perubahan kemampuan mental ?
c. Bagaimana
perubahan minat ?
d. Bagaimana
pandangan menurut Al-Qur’an ?
3. Tujuan
a. Untuk
mengetahui penyesuaian diri terhadap perubahan fisik
b. Untuk
mengetahui perubahan kemampuan mental
c. Untuk
mengetahui Perubahan minat
d. Untuk
mengetahui pandangan menurut Al-Qur’an
B. PEMBAHASAN
1. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan
Fisik Bagi Usia Lanjut
Dilihat
dari aspek perkembangan fisik, pada awalnya masa dewasa kemampuan fisik
mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Perubahan
kondisi fisik pada usia lanjut sebagian besar terjadi ke arah yang memburuk. Proses
dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu walaupun usia
mereka sama.
a. Perubahan Kesehatan badan
Pada masa tua atau dewasa akhir,
sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses
penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua
ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit
mengering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah
berubah, tulang belakang menjadi bungkuk.
Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh,
mudah patah dan lambat untuk diperbaiki kembali. Sistem kekebalan tubuh
melemah, sehingga orang tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker
dan radang paru-paru dan lainnya.
b.
Perubahan sensori
Perubahan-perubahan
sensori fisik melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, pencium, dan
indera peraba. Perubahan dalam indera penglihatan pada masa dewasa akhir
misalnya tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi
terhadap perubahan cahaya. Biji mata menyusut dan lensa manjadi kurang jernih,
sehingga jumlah cahaya yang diperoleh retina berkurang. Sementara itu,
penurunan juga terlihat dalam kepekaan terhadap rasa dan bau. Dalam hal ini,
kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan
kepekaan terhadap rasa manis dan asin ( Santrock, 1995 ).
c. Perubahan pada otak
Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar
dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan
neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa. Tetapi,
penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit, bagaimanapun
juga, menurut Santrock ( 1995 ) , diperkirakan bahwa 5 hingga 10% dari neuron
kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu,
hilanggnya neuron akan semakin cepat.
Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa
diantaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil, tumor otak, atau karena
terlalu banyak minum minuman beralkohol. Semua ini akan semakin merusak otak,
menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan ( seniliti ). Bahkan, juga dapat
menimbulkan penyakit otak yang lain.
d. Perubahan aspek psikososial
Pada umumnya
setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi,
yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan
adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut:
1.
Tipe
Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2.
Tipe
Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3.
Tipe
Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaannya.
4.
Tipe
Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang
kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5.
Tipe
Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya.
e. Perubahan seksual
Banyak dibicarakan dalam media masa
mengenai apa yang di sebut “ midlife
crisis ”. Krisi ini mungkin merupakan suatu krisis yang normal yang terjadi
antara kurang lebih usia 40 dan 50 tahun. Dalam waktu itu dapat timbul
kebosanan dalam hidup perkawinan, suami telah mencapai pucak kariernya, isteri
menghadapi atau mengalami menopause. Pendidikan dan pengasuhan anak makin
kurangg memakan waktu, pendek kata terjadilah banyak perubahan yang terutama
mengakibatkan perubahan yang mendalam pada motivasi seksual.
Sikap orang lanjut usia terhadap
seksualitas berbeda dengan sikap orang muda. Cameron ( 1970 ) mengemukakan
bahwa orang lanjut usia dibanding dengan orang muda merasa kurang mempunyai
perhatian terhadap seksualitas, kurang mampu dan kurang aktif. Spreitzer
menemukan pada orang lanjut usia lebih banyak intoleransi terhadap seks yang
non-tradisional ( misal : hubungan seks sebelum nikah atau diluar pernikahan ).
Kebudayaan dan norma agama juga mempengarui, yaituu menolak hubungan seks di
luar pernikahan. Dengan demikian maka perbedaan antara orang lanjut usia dan
orang muda belum dapat dipastikan, paling tidak di Indonesia.
2. Perubahan
Kemampuan Mental Pada Usia Lanjut
Hasil studi psikologi telah memperkuat
adanya kecenderungan penurunan berbagai hal, yang secara otomatis akan juga
timbul kemunduran kemampuan mental. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang
terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan
terhdap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan
berfikir, mempelajari hal baru, menghafal, mengingat dan meningkatkan kemampuan
untuk mengeluarkan energi intelektual. Di beberapa kondisi lain seperti tekanan
darah tinggi yang mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual.
Perangsangan dari lingkungan juga
mempengaruhi kecepatan penurunan kemampuan mental. Mereka yang terus bekerja
dalam usia yang lanjut akan mempunyai fungsi otak yang lebih normal dan dapat
melakukan tes kecerdasan dengan lebih baik dibandingkan mereka yang menganggur.
Mereka yang sering melakukan aktifitas akan mengurangi kecenderungan
pengurangan kemampuan mental.
Dengan menurunnya kemampuan
mendengar mereka, maka banyak dari mereka yang tidak bisa atau gagal dalam
menangkap isi pembicaraan orang lain. Hala ini berbeda dengan sewaktu mereka
berusia muda.
Bagi sebagian orang yang tidak
mengenal tes mentaltidak simpatik dengan pendapat seperti dengan pendapat
seperti itu dan menolak kalau mau di uji. Hal ini menimbulkan penyimpangan terhadap
sampel yang digunakan dalam studi dan biasanya orang-orang yang tinggal di
panti werdha digunakan sebagai sampel dalam studi kelompok usia lanjut.
Sebagai tambahan, selama diketahui
bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan
usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menmenekankan pada elemen
waktudianggap tidak sesuai bagi orang yang berusia lanjut. Dalam mengukur
kemampuan mental, kemampuan untuk mengatasi tugas-tugas yang berhubungan dengan
mental harus bebas dari pengaruh kecepatandan faktor lainnya yang dapat
mengacaukan kemampuan mental.
Karena adanya bukti-bukti yang
saling bertentangan ini tentang menurunnya kemampuan mental, Horn dan Donaldson
memperingatkan bahwa: “ada hal yang menyebabkan bertentanga pandangan, bahwa
semua kemampuan yang dipercayai terlibat dalam kecerdasan menurun atau menurun
dalam cara yang sama, beberapa kemampuan mungkin menurun sedikit atau tidak
sama sekali. Disamping itu juga ada hasil yang bertentangan denga yang
dharapkan, bahwa penurunan kemampuan mental terjadi bagi seluruh subjek atau
yang sudah diatur sedini mungkin seperti yang diharapkan dari penentuan data
antar bagian secara terpisah”.
Satu-satunya cara untuk mengukur
jumlah penurunan secara tepat adalah dengan menggunakan catatan yang akuran
tentang kemampuan puncak masing-masing individu. Kemudian dengan standart
tersebut ditentukan persentase penurunan yang terjadi pada setiap tingkat usia
yang berbeda. Untuk menentukan, seperti yang telah ditekankan sebelumnya,
beberapa studi telah dibuat dengan menggunakan metode longitudinal yang umunya
memakai sampel pada tingkat usia yang berbeda. Inilah yang disebut sebagai
metode silang antara bagian atau sectional method. Satu studi yang dilakukan
dalam jangka waktu yang lama melaporkan bahwa terjadi penurunan jauh lebih
kecil di bandingkan dengan kepercayaan yang telah begitu populer.
Secara umum merak yang mempunyai
pengalaman intelektual lebih tinggi secara relatif penurunan efisiensi mental
kurang dibanding mereka yang pengalaman intelektualnya rendah.
3. Perubahan Minat
a. Minat pribadi
1) Minat dalam diri sendiri : orang menjadi semakin dikuasai
oleh diri sendiri apabila semakin
tua.
2) Minat terhadap pakaian : minat terhadap pakaian tergantung
pada sejauh mana orang berusia lanjut terlubat dalam kegiatan sosial.
3) Minta terhadap uang : pensiun atau pengangguran mungkin
akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa
pendapatan samasekali.
4) Minat untuk rekreasi :beberapa
perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan
b. Minat sosial
Dalam bertambahnya usia
mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita karena jumlah kegiatan sosial
yang dilakukan semakin berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari
kegiatan kemasyarakatan ( social sengagement ). Jenis-jenis kegiatan sosial
yang mulai dihentikan, diantaranya : partisipasi sosial, perubahan dalam status
individual, dan lain sebagainya.
c. Minat untuk mati
Selama masa kanak-kanak, dewasa, dan
sedikit pada masa dewasa ini, rasa tertarik terhadap kematian lebih berkisar
pada seputar kehidupan setelah mati dari pada terhadap sebab-sebab yang
menjadikan seorang mati, sepertii : kapan saya mati, Apakah yang menyebabkan
kematian saya, apakah yang dapat saya lakukan terhadap kematian saya, seperti
yang saya inginkan, bagaimana saya mati dengan cara yang baik.
4. Pandangan
Menurut Al – Qur’an
Usia
enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan
usia lanjut. Ciri-ciri usia lanjut diantaranya ialah seperti berikut : a)
merupakan periode lanjut, (b) perbedaan individual pada efek menua, (c) usia
tua dinilai dengan kriteria yang berbeda. Tahapan ini oleh Rasulullah dinamakan
masa pergulatan maut, yaitu masa enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Masalah
umum bagi usia lanjut adalah keadaan fisik lemah dan tak berdaya sebagaimana
firman Allah Swt. Dalam Q.S Al-Rum ( 30 : 54 )
ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4 ß,è=øs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
“ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa”.
Masa tua merupakan masa yang harus di
sadari. Pada masa ini, harus menyadari bahwa seseorang sudah tidak muda lagi,
dalam arti mesti melakukan perbaikan diri atau muhasabah ( koreksi ), selalu mengevaluasi semua amal perbuatannya,
dan senantiasa mendekatkan diri kepada tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian,
seseorang sudah dalam keadaan bertobat dengan sebenar-benarnya. Selain itu,
seseorang juga dituntut untuk terus beramal dan meningkatkan kualitas iman dan
taqwa pada Sang Pencipta ( Khaliq ). Akhirnya, seorang hamba (
makhluk ) betul-betul akan menjadi manusia yang husnul qatimah, gembira dalam menjemput maut, kembali keharibaan
Ilahi rabbi, layaknya bayi yang baru lahir.
C.
KESIMPULAN
1. Pada awalnya masa dewasa kemampuan fisik
mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Perubahan
kondisi fisik pada usia lanjut sebagian besar terjadi ke arah yang memburuk.
Perubahan fisik itu terjadi dibeberapa bagian diantaranya ialah : perubahan
pada kesehatan badan, psikomotori, psikososial, dan juga aspek seksualitas.
2. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang
terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan
terhdap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan
berfikir, mempelajari hal baru, menghafal, mengingat dan meningkatkan kemampuan
untuk mengeluarkan energi intelektual.
3. Perubahan Minat terjadi pada beberapa
aspek diantaranya : Minat pribadi, minat sisoal, dan minat untuk mati.
4. Usia enam puluhan biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Tahapan ini oleh
Rasulullah dinamakan masa pergulatan maut, yaitu masa enam puluh hingga tujuh
puluh tahun. Masalah umum bagi usia lanjut adalah keadaan fisik lemah dan tak
berdaya sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Al-Rum ( 30 : 54 )
Daftar Rujukan
Desmita. 2006. Psikologi perkembangan
cetakan kedua. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Elizabeth b. Hurlock . 2002 .
psikologi perkembangan edisi ke lima.
Jakarta :
erlangga
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I.
2010 . pendidikan dan psikologi perkembangan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Madia
Al-Qur’an digital