SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

TRANSFER PRICING

MAKALAH

TRANSFER PRICING

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampuh :
Esy Nur Aisyah, SE., MM




Disusun Oleh:
Kelompok 10

M. Anang B.                           (10510031)
Khoirun Nisa                           (11510077)
Mohamad Bastomi                  (11510131)



JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
  2014

KATA PENGANTAR

Description: C:\Users\BOUGENVILL\Pictures\New folder\Gambar-Islami-Kaligrafi-Arab-3.jpg
 



            Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat, taufik serta hidayahnya kami masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyusun makalah  dengan judul Transfer Pricing” guna memenuhi tugas Semester enam.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada:
1.      Ibu Esy Nur Aisyah, SE, MM selaku dosen pengampu mata kuliah AKUNTANSI MANAJEMEN yang memberikan arahan dan masukan dalam makalah ini.
  1. Serta semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini yang tidak mingkin kami sebutkan satu persatu.
    Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuran. Demi tercapainya suatu kesempurnaan kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Demikaian hal yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca.


Malang, 14 April 2014


Penyusun


DAFTAR ISI






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan-perusahaan kecil harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya oleh bagian pemasaran. Sedangkan pada perusahaan-perusahaan besar penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi dan lini produk. Bahkan disini manajemen puncak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga serta memberikan persetujuan atas usulan harga dari manajemen di bawahnya.
Perusahaan tidak hanya akan memperoleh pendapatan dari luar perusahaan saja, tetapi juga dari laba kontribusi divisi. Karena seolah-olah divisi menjadi unit bisnis yang independen, namun tetap terintegrasi satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Masalah penentuan harga transfer biasa dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba, dan antarpusat laba yang dibentuk tersebut terjadi transfer barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
Dengan kebijakan ini, manajer divisi dipaksa untuk merundingkan harga transfer yang adil bagi semua divisi yang terlibat, sehingga dua atau lebih divisi yang terpisah perlu melakukan hubungan dalam mencapai tujuan perusahaan bersama.
            Masalah transfer pricing ini juga tidak terlepas dari fenomena bisnis perusahaan besar yang multi unit yang akan melakukan ekspansi usaha ke luar negeri dengan mengoprasikan usahanya secara desentralisasi dan mengimplementasikan konsep cpst-reveneu atau konsep corporate profit center. Idealnya, konsep desentralisasi profit center tersebut merupakan pula alat yang dapat mengukur dan menilai kinerja yang juga salah satu tujuan manajemen serta motivasi pengelolaan unit-unit perusahaan multinasional yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

1.2  Rumusan Masalah

a)      Apa pengertian transfer pricing ?
b)      Apa tujuan dari dilakukannya transfer pricing ?
c)      Bagaimanakah karakteristik dari transfer pricing ?
d)     Bagaimana metode penentuan harga transfer ?
e)      Apa saja aspek internasional dari transfer pricing ?

 1.3  Tujuan

a)      Untuk mengetahui pengertian transfer pricing.
b)      Untuk mengetahui tujuan dari dilakukannya transfer pricing.
c)      Untuk mengetahui karakteristik dari transfer pricing.
d)     Untuk mengetahui metode penentuan harga transfer.
e)      Untuk mengetahui aspek internasional dari transfer pricing.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Transfer Pricing

Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division)dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.
Banyak literatur yang memberikan definisi tentang transfer pricing, dalam tulisan ini diutarakan sebagai berikut yaitu :
a)      Harga transfer (transfer price) adalah harga yang ditagihkan untuk barang yang ditransfer dari satu divisi ke divisi lainnya. Hansen (2007).
b)      Transfer Price – the price one subunit (department or division) charges for a product or service supplied to another subunit of the same organization. Hongren (2006).
c)      Transfer pricing adalah sebagai nilai yang melekat pada pengalihan barang dan jasa pada suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Primanto (2002).
d)     Sedangkan menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2000:110) definisi harga transfer adalah:
·         Dalam arti luas harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat pertanggung jawaban dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggung jawabannya. Sedangkandalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggung jawaban yang terlibat merupakan pusat laba.
Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga transfer merupakan harga barang, jasa atau harta tak berwujud yang dialihkan antara divisi dalam suatu perusahaan atau dalam perusahaan yang memiliki hubungan istimewa atau perusahaan multinasional. Alasan transfer pricing tetap eksis, sebagai alasan untuk pengambilan keputusan secara sama. Sebagai contoh transfer pricing akan menjadi pedoman bagi manajer dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan membeli atau menjual produk dan jasa kepada divisi lain dalam satu perusahaan atau kepada pihak luar. Selanjutnya menurut Horngren, pada akhirnya perusahaan multinasional menggunakan transfer pricing untuk meminimalkan pajak perusahaan mereka secara global. (Horngren, 2006).
Transfer pricing adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi. Transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu intra-company dan inter-company transfer pricing. Intra-company transfer pricing merupakan transfer pricing antar divisi dalam satu perusahaan. Sedangkan inter-company transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Kedua perusahaan tersebut bisa berada dalam satu negara (domestic transfer pricing), bisa juga berada di negara yang berbeda (international transfer pricing).
Transfer pricing, terutama international transfer pricing, dapat menimbulkan permasalahan apabila digunakan untuk kepentingan penghindaran pajak. Dengan international transfer pricing, perusahaan-perusahaan yang berada pada negara yang berbeda dapat mengatur harga transfer sedemikian rupa sehingga perusahaan di negara yang tarif pajaknya rendah mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya, sedangkan perusahaan di negara yang tarif pajaknya lebih tinggi mendapatkan keuntungan yang serendah-rendahnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga transfer memberikan solusi yang baik bagi para manajer divisi untuk memanfaatkan kesempatan dan potensi internal yang mereka miliki sebagai otonomi divisi untuk meningkatkan laba masing-masing divisi, karena besar kecilnya laba tiap divisi atau unit usaha akan dapat memperlihatkan kinerja masing-masing divisi atau unit produksi tersebut. Selain itu juga harga transfer merupakan salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi, dimana harga transfer memberikan cara untuk menyatukan beberapa divisi atau unit usaha untuk bekerjasama didalam satu perusahaan.


Di dalam suatu perusahaan terdapat:
1.     Divisi yang menjual produk (barang/jasa) = penjual.
2.     Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli.
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa penetapan harga transfer merupakan mekanisme yang mengatur pembagian pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan oleh dua pusat laba atau lebih secara bersama-sama didalam suatu perusahaan. Apabila pusat laba dari sebuah perusahaan saling membeli dan menjual, ada dua keputusan yang harus dibuat secara periodik untuk tiap produk yang sedang diproduksi oleh satu unit usaha dan dijual ke unit usaha lain: 
1. Keputusan pemilihan sumber (Sourcing decision), yaitu penentuan dimana produk harus diproduksi, apakah diproduksi didalam perusahaan atau dibeli dari pemasok luar.    
2. Keputusan penentuan harga transfer (transfer pricing decision). Jika produk diproduksi didalam perusahaan, keputusan berikutnya yang harus dibuat adalah pada harga transfer berapa produk tersebut ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting. Berikut proses terjadinya transfer harga, yaitu:
Description: C:\Users\BOUGENVILL\Pictures\New folder\untitled-11.jpg
Secara umum, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menetapkan harga transfer, yaitu berdasarkan:
·         Harga pasar
·         Biaya (cost)
·         Biaya plus (cost-plus)
·         Negoisasi
·         Arbitrer

2.2  Tujuan harga transfer

Tujuan harga transfer sebisa mungkin harus dicapai, karena dengan tercapainya tujuan harga transfer tersebut akan mengurangi masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu, harga transfer harus memotivasi para manajer divisi untuk bertindak sebagaimana berfungsi sebagai manajer perusahaan yang terpisah. Namun di lain pihak, manajer divisi harus bertindak untuk kebaikan perusahaan secara keseluruhan. Pencapaian tujuan yang satu biasanya mengakibatkan distorsi pencapaian tujuan lainnya.
Menurut Supriyono (2000:414) suatu sistem harga transfer yang baik harus mencapai tujuan sebagai berikut:
  • Memberikan informasi relevan bagi para manajer. Sistem harga transfer dapat memberikan informasi relevan yangdiperlukan oleh setiap divisi untuk menentukan harga transfer.
  • Mencapai keselarasan tujuan. Sistem harga transfer dapat memotivasi manajer divisi penjual,divisi pembeli dan mungkin manajer kantor pusat untuk membuat keputusan harga transfer yang sehat. Tindakan manajer divisi tertentu untuk meningkatkan laba divisinya juga dapat meningkatkan laba perusahaan secara keseluruhan, jadi diharapkan timbul kesesuaian tujuan.
  • Mengukur kinerja ekonomi divisi. Sistem harga transfer dapat menghasilkan laporan laba setiapdivisi individual yang secara layak mengukur kinerja ekonomi (laba bersih) divisi dan kontribusinya terhadap laba perusahaansecara keseluruhan.
  • Mengukur kinerja manajer divisi. Sistem harga transfer harus mendorong peningkatan kinerja manajer divisi karena harga transfer dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan, pembuatan keputusan, dan pengendalian divisinya.
  1. Sederhana dan mudah. Sistem harga transfer harus sederhana untuk dipahami dan mudah diadministrasikan.

2.3  Karaktristik harga transfer

Menurut Mulyadi (2001:382) harga transfer pada hakikatnya memilki tiga karakteristik berikut ini:
  • Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh mereka dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh produk yang diproduksi di devisi pembeli.
  • Harga transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya. Bagi divisi penjual, harga transfer merupakan pendapatan yang merupakan unsur laba yang dipakai sebagai dasar pengukurankinerja divisi.
  • Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasidan sekaligus mengintegrasikan devisi yang dibentuk.

2.4  Metode Penentuan Harga Transfer

Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan.
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip ini.
Banyak metode penentuan harga transfer yang digunakan, namun tidak ada harga transfer yang sempurna. Setiap metode mempunyai keunggulan sekaligus memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan metode harga transfer lainnya. Rudianto (2013:134) menjelaskan bahwa secara umum ada lima metode yang paling sering digunakan oleh perusahaan, antara lain:
PT. Melodi Indah memiliki 3 perusahaan anak yang diberi hak otonom dalam menentukan kebijakan organisasinya dan diperlakukan sebagai pusat laba. Ketiga perusahaan anak tersebut adalah PT. A, PT. B dan PT. C. Produk dari PT A menjadi bahan baku bagi PT B, dan outputnya PT B menjadi input bagi PT C. Sedangkan PT A membeli bahan baku dari supplier di luar perusahaan. Walaupun output dari satu perusahaan menjadi input bagi perusahaan lain, setiap entitas diberi kebebasan untuk menjual produknya kepada pihak amanpun. Demikian pula dalam hal pembelian, setiap entitas memiliki kebebasan menentukan kepada pihak mana akan membeli bahan baku. Dalam satu tahun, setiap entitas rata-rata menghasilkan 20.000 unit per produk.
            Data biaya produksi maupun biaya operasi per unit dari ketiga perusahaan anak PT Melodi Indah untuk tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Keterangan
PT A
PT B
PT C
Harga jual per unit (harga pasar)
120.000
300.000
550.000
Biaya per unit:



·         Bahan baku
(10.000)
?
?
·         Pekerja langsung
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Adm & Umum
(10.000)
(20.000)
(30.000)






Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut:

1.      Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices).

Menurut Supriyono (2000:417) metode harga pasar adalah: metode penentuan harga transfer barang atau jasa antar pusat laba didasarkan atas harga pasar dikurangi penghematan biaya karena produk tersebut ditransfer antardivisi. Jika terdapat harga pasar barangdan jasa yang ditransfer antarpusat laba ada maka harga pasar saat ini adalah dasar terbaik untuk penentuan harga transfer.
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya.
Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan, dan tidak membutuhkan administrasi pusat jika kondisi-kondisi ini terpenuhi :
·         Orang-orang kompeten. Idealnya para manajer harus memperhatiakan kinerja jangka panjang dari pusat-pusat tanggung jawab mereka, sama seperti dalam jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitase suatu harga transfer juga harus kompeten.
·         Atmosfer yang baik. Para menejer harus menjadikan portabilitas yang diukur dari laporan laba rugi sebagai tujuan yang penting dan suatu pertimbangan yang segnifikan dalam penilaian kinerja mereka. Meraka juaga harus dapat memerima bahwa harga transfer tersebut akurat.
·         Suatu harga pasar. Harga transfer yang ideal harus berdasarkan harga pasar normal dan weajar dari produk identik yang ditransfer-maksudnya, harga pasar yang mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang diberi harga transfer. Harga transfer tersebut dapat diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan.
·         Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer harus diberi wewenang untuk memilih yang paling baik untuk mereka.
·         Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
·         Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar dalan melakukan negosiasi atas “kontrak” diantara unit-unit usaha.
Menurut Supriyono (2000:424) meskipun metode transfer berdasar harga pasar umumnya diakui sebagai metode yang terbaik, namun dalam keadaan tertentu metode ini memiliki kelemahan sebagai berikut:
  • Tidak semua produk yang ditransfer antardivisi memiliki harga pasar.
Harga pasar seringkali berubah sehingga harga transfer produk antardivisi perlu dihitung kembali.
  • Daftar harga seringkali tidak mencerminkan harga pasarsesungguhnya atau harga pasar produk yang ditransfer tidak termuat dalam daftar harga sehingga untuk memperolehinformasi harga pasar perlu tambahan pengorbanan waktu dan biaya.
  • Penghematan biaya timbul karena produk ditransfer ke divisi lainatau tidak dijual ke pihak lain, seharusnya tidak hanya dinikmatioleh divisi pembeli saja dalam bentuk pengurangan harga pasar tetapi juga harus diperhitungkan pula untuk devisi penjual. Hal ini disebabkan jika divisi pembeli membeli produk dari pihak luar harganya lebih tinggi, jadi pengurangan hargatersebut ditimbulkan karena divisi penjual mau transfer produk tersebut ke divisi pembeli.

Keterangan
PT A
PT B
PT C
Harga jual per unit (harga pasar)
120.000
300.000
550.000
Biaya per unit:



·         Bahan baku
(10.000)
(120.000)
(300.000)
·         Pekerja langsung
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Adm & Umum
(10.000)
(20.000)
(30.000)

Dalam kasus ini, yang dimaksudkan dengan harga transfer adalah harga jual produk PT A kepada PT B (atau harga beli bahan baku PT B dari PT B) dan harga jual produk PT B kepada PT C (atau harga beli bahan baku PT C dari PT B). Jika harga transfer tersebut  ditetapkan berdasarkan harga pasar, maka harga transfer dari PT A kepada PT B adalah Rp 120.000,- per unit. Sementara harga tarnsfer dari PT B ke PT C adalah Rp 300.000,- per unt. Itu berarti, jika metode penetapan harga transfer menggunakan harga pasar, harga jual produk dari PT A kepada PT B sama dengan harga jual PT B kepada konsumen lain yang tidak memiliki hubungan kepemilikan degan perusahaan tersebut.

2.     Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)

Untuk mengatasi kelemahan metode transfer berdasar harga pasar, dapat digunakan metode transfer berdasar biaya. Menurut Supriyono (2000:425) metode ini biasanya digunakan jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut:
  • Pada pasar kompetitif tidak tersedia informasi harga jual produk yang ditransfer. Keadaan ini timbul jika produk yang ditransfer merupakan produk yang belum selesai sehinnga tidak diperjual belikan di pasar.
·         Kesulitan dalam penentuan harga jual yang disebabkan oleh perselisihan antarmanajer divisi. Kesulitan ini ditimbulkan jika di pasar timbul beberapa macam harga dan jika produk yang ditransfer tidak persis sama dengan yang ada di pasar.
·         Jika produk yang ditransfer mengandung formula atau proses rahasia sehingga tidak diinginkan untuk diungkapkan pada pihak lain.
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya.
Hansen dan Mowen (2005) menyatakan bahwa pada umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).
Penetapan harga transfer biaya penuh meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap. pendekatan harga transfer ini adalah paling tidak menarik karena terlalu sederhana dalm penghitungannya. Sangat jarang penetapan harga transfer biaya penuh mampu menyajikan informasi yang akurat mengenai biaya kesempatan.
Biaya penuh ditambah markup memiliki persoalan yang sama dengan biaya penuh. Namun, biaya ini agak kurang merusak apabila markup dapat dinegoisasikan.
Biaya variabel ditambah biaya ongkos tetap merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam penetapan harga transfer, dengan tingkat ongkos tetap yang dapat dinegoisasikan. Metode ini memiliki satu keunggulan dibandingkan biaya penuh dengan markup, yakni apabila devisi penjual sedang beroperasi di bawah kapasitas, maka biaya variabel adalah biaya kesempatannya.
Dalam kasus PT Melodi Indah, jika transaksi ditetapkan beradasarkan biaya, maka harga transfer dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan entitas penjual. Jika harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya total, maka jumlahnya adalah :

Keterangan
PT A
PT B
PT C
Harga jual per unit (harga pasar)
70.000
190.000
550.000
Biaya per unit:



·         Bahan baku
(10.000)
(70.000)
(190.000)
·         Pekerja langsung
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Adm & Umum
(10.000)
(20.000)
(30.000)
Total biaya
70.000
190.000
370.000

Harga transfer adalah penjumlahan dari seluruh biaya yang dikeluarkan entitas penjual, yaitu PT A dan PT B. Harga transfer dari PT A kepada PT B adalah Rp 70.000,- per unit, yaitu keseluruhan biaya per unit yang dikeluarkan oleh PT A. Harga transfer dari PT B ke PT C adalah Rp 190.000,- per unit, yang merupakan keseluruhan biaya per unit yang dikeluarkan PT B. Itu berarti, PT A tidak akan memperoleh laba sama sekali dari seluruh penjualan produknya ke PT B. PT B juga tidak akan memperoleh laba sama sekali dari seluruh penjualan produknya ke PT C. Sedangkan PT C menjual produknya kepada pembeli di luar perusahaan tersebut.
Jika harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya variabel total, maka jumlahnya adalah:

Keterangan
PT A
PT B
PT C
Harga jual per unit (harga pasar)
40.000
100.000
550.000
Biaya per unit:



·         Bahan baku
(10.000)
(40.000)
(100.000)
·         Pekerja langsung
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Adm & Umum
(10.000)
(20.000)
(30.000)
Total biaya
70.000
160.000
370.000

Harga transfer adalah penjumlahan dari seluruh biaya variabel yang dikeluarkan entitas penjual, yaitu PT A dan PT B. Harga transfer dari PT A ke PT B adalah Rp 40.000,- per unit, yang merupakan penjumlahan dari biaya bahan baku, biaya pekerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya pemasaran variabel. Harga transver dari PT B ke PT C adalah Rp 100.000,- per unit. Itu berarti, PT A  tidsk akan memperoleh laba sama sekali dari transaksi penjualan produksinya ke PT B. PT B juga tidak memperoleh laba sama sekali dari seluruh penjualan produknya ke PT C. Bahkan marjin konstribusi-pun tidak akan diperoleh PT A dan PT B. Sedangkan PT C menjual produknya kepada pembeli di luar perusahaan tersebut.
Metode biaya variabel total ini dapat diterapkan hanya ketika perusahaan berada dalam kondisi khusus. Misalnya, sebagian besar produk PT A dan PT B telah dijual kepada pembeli di luar perusahaan dengan harga pasar, sehingga seluruh biaya tetap kedua entitas telah dibebankan pada penjualan ke pihak eksternal tersebut. Baru kemudian sisa produk yang ada, dijual kepada entitas pemakai.

3.      Berdasarkan Biaya Plus (Cost Push Pricing Transfer Prices)

Penetapan harga transfer berdasarkan biaya-plus (cost-plus) adalah penetapan  harga jual produk dari suatu unit organisasi ke unit organisasi lainnya pada biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ditambah sejumlah nominal tertentu. Dasar yang digunakan untuk menetapkan biaya-plus dapat berupa biaya total plus atau berupa biaya variabel plus. Dengan menggunakan biaya-plus sebagai dasar penetapan harga transfer, berarti bagi unit organisasi penjual, transaksi tersebut akan memberikan keuntungan finansial sebesar nominal tambahan. Harga transfer berdasarkan biaya-plus biasanya masih lebih rendah jumlahnya dibandingkan harga pasar. Jika metode ini yang dipilih, berati terdapat pertimbangan khusus sehingga transaksi tersebut dilakukan.
Jika harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya total plus 10%, maka jumlahnya adalah:

Keterangan
PT A
PT B
PT C
Harga jual per unit (harga pasar)
77.000
216.700
550.000
Biaya per unit:



·         Bahan baku
(10.000)
(77.000)
(216.000)
·         Pekerja langsung
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Adm & Umum
(10.000)
(20.000)
(30.000)
Total biaya
70.000
197.000
396.700
Plus 10% dari biaya total entitas
7.000
19.700

Biaya total plus 10%
77.000
216.700


Harga transfer adalah penjumlahan dari seluruh biaya yang dikeluarkan penjual, yaitu PT A dan PT B ditambah 100% dari total biaya yang dikeluarkan masing-masing entitas. Harga transfer dari PT A ke PT B adalah Rp 77.000,- per unit. Jumlah ini merupakan hasil penjumlahan dari total biaya yang dikeluarkan PT A sebesar Rp 70.000 ditambah 10% dari jumlah tersebut, yaitu Rp 7.000,-. Harga transfer dari PT B ke PT C adalah Rp 216.700,- per unit. Jumlah ini merupakan hasil penjumlahan dari total biaya yang dikeluarkan PT B sebesar Rp 197.000,- ditambah 10% dari jumlah tersebut, yaitu Rp 19.700,-. Itu berarti, PT A akan memperoleh laba sebesar Rp 7.000,- per unit dari transaksi penjualan produknya ke PT B. PT B akan memperoleh laba sebesar Rp 19.700,- per unit dari penjualan produknya ke PT C. Sedangkan PT C menjual produknya kepada pembeli di luar perusahaan tersebut.

Jika harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya variabel plus 20%, maka jumlahnya adalah:

Keterangan
PT A
PT B
PT C
Harga jual per unit (harga pasar)
48.000
129.600
550.000
Biaya per unit:



·         Bahan baku
(10.000)
(48.000)
(129.600)
·         Pekerja langsung
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Overhead Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Variabel
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Pemasaran Tetap
(10.000)
(20.000)
(30.000)
·         Adm & Umum
(10.000)
(20.000)
(30.000)
Total biaya
40.000
108.000
219.600
Plus 10% dari biaya total entitas
8.000
21.600

Biaya total plus 10%
48.000
129.600


Harga transfer adalah penjumlahan dari seluruh biaya variabel yang dikeluarkan entitas penjual, yaitu PT A dan PT B ditambah 20% dari jumlah yag dikeluarkan masing-masing entitas. Harga transfer dari PT A ke PT B adalah Rp 48.000,- ditambah 20% dari jumlah tersebut, yaitu Rp 8.000,-. Harga transfer PT B ke PT c adalah Rp 129.600,- per unit. Jumlah ini merupakan hasil penjumlahan dari total biaya variabel yang dikeluarkan PT B sebesar Rp 108.000 ditambah 20% dari jumlah tersebut, yaitu Rp 21.600,-.
Metode biaya variabel plus ini tidak dapat diterapkan hanya ketika perusahaan berada dalam kondisi khusus. Misalnya, sebagian besar produk PT A dan PT B telah dijual  kepada pembeli di luar perusahaan dengan harga pasar, sehingga seluruh biaya tetap kedua entitas tersebut telah dibebankan pada penjualan ke pihak eksternal. Baru kemudian sisa produk yang ada dijual kepada entitas pemakai, dengan tetap memberikan keuntungan sebesar presentasi yang disepakati (dalam kasus ini sebesar 20% kepada entitas penjual).

4.      Berdasarkan Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua, manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai kedepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini. Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Keterbatasannya adalah mengurangi otonomi unit-unit tersebut. Dalam negosiasi manajer-manajer harus memperhatikan biaya produksi (cost) dan harga pasar, dan mereka juga harus memiliki pengetahuan yang bagus tentang keinginan perusahaan secara keseluruhan, Horngren (2006).
Harga yang digunakan pada metode negosiasi dapat berupa:
a.       Ada harga pasar yang diterbitkan.
b.       Harga pasar ditentukan oleh penawaran harga terendah mungkin akan memenangkan usaha tersebut.
c.        Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di pasar bebas
meniru harga kompetitif yang berada di luar.
d.       Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar luar/bebas.



5.       Berdasarkan Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)

Metode ini digunakan apabila divisi penjualan dan divisi pembelian tidak dapat mencapai kesepakatan dalam penentuan harga transfer yang ditentukan oleh eksekutif atau badan lain yang ditugasi untuk mengarbitrasi harga transfer setelah orang atau badan tersebut berdialog dengan para manajer divisi yang bersangkutan.
Artibrase dapat dilakukan dengan beberapa cara:
·         Dalam sistem yang formal, kedua pihak meyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah (Arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan, kadang dengan bantuan staf kantor yang lain.
·         Selain tingkat formalitas, digunakan juga proses mampengaruhi efektivitas suatu sistem harga transfer.
Empat cara untuk menyelesaikan konflik:
·         Memaksa (forcing)
·         Membujuk (smoothing)
·         Menawarkan (bargaining)
·         Penyelesaian masalah (problem solving)

2.5  Aspek Internasional Harga Transfer

Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati (harga pasar).
Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC) serta barang yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu kompetitif perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan pemerintah asing. Walaupun tujuan domestik seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi selalu penting, namun seringkali menjadi sekunder ketika transfer internasional terlibat.
Description: C:\Users\BOUGENVILL\Pictures\New folder\untitled-2.jpgPerusahaan akan lebih fokus pada pengurangan pajak total atau memperkuat anak perusahaan asing. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.












Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country).
Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-length standardtersebut.

2.6  Contoh Soal dan Jawaban Transfer Pricing

Perusahaan Bintang mempunyai 2 divisi, yaitu Divisi Batu dan Divisi Bata. Divisi Batu merupakan divisi pemasok komponen utama Divisi Bata dengan harga transfer Rp 10/unit. Divisi Batu juga menjual ke pasar dengan harga Rp 12,50 /unit. Biasanya penjualan ke pasar berjumlah 25% dari penjualan sebanyak 2.000 unit komponen per tahun. 
Berikut ini adalah data Laporan Laba/Rugi Divisi Batu untuk tahun 2007.

Penjualan Rp 21.250
  
Biaya Variabel @ Rp 8 /unit Rp 16.000
        
Contribution Margin Rp 5.250 
         
Biaya Tetap Rp 2.000

Laba Bersih Rp 3.250

Divisi Bata mendapat penawaran dari pihak luar untuk membeli komponen dengan harga Rp 9 /unit. Divisi Batu menyatakan bahwa tidak mungkin untuk menjual dengan harga seperti penawaran pihak luar karena tidak akan memperoleh laba sama sekali.
Diminta :
a) Jika anda seorang manajer, berilah komentar anda terhadap pernyataan Divisi Batu tersebut. Asumsikan bahwa kapasitas Divisi Batu sudah dipakai secara maksimum!
Jawab :
Jika divisi batu menjual ke divisi Bata dengan harga Rp 9 /unit.
Penjualan produk ke pasar ekstern 
Pendapatan penjualan
( 25% dari 2.000 unit = 500 unit @ Rp 12,50 ) Rp 6.250

Biaya Variabel 
      
( 25% dari 2.000 unit = 500 unit @ Rp 8,00 ) (Rp 4.000)

Contribution Margin Rp 2.250
      
Biaya Tetap
                       
( 500 unit @ Rp 1 /unit ) (Rp 500)

Laba Bersih Rp 1.750
                   

Penjualan produk ke Divisi Bata
   
Pendapatan penjualan
       
( 2.000 unit – 500 unit = 1.500 unit @ Rp 9,00 ) Rp 13.500
        
Biaya Variabel
       
( 2.000 unit – 500 unit = 1.500 unit @ Rp 8,00 ) (Rp 12.000)
     
Contribution Margin Rp 1.500
      
Biaya Tetap
           
( 1.500 unit @ Rp 1 /unit ) (Rp 1.500)
      
Laba Bersih Rp 0 
 
Total Laba bersih Rp 1.750
           
Jadi, dengan demikian Divisi Batu masih bisa menjual produk ke Divisi Bata dengan harga Rp 9 /unit, karena Divisi Batu masih mendapatkan laba sebesar Rp 1.750
b) Divisi Batu dapat menaikan penjualan produk ke pasar sebesar 1.500 unit komponen dengan menaikan biaya tetap sebesar Rp 2.000 dan biaya Variabel Rp 1 /unit. Misalkan kapasitas maksimum 2.000 unit komponen /tahun, apakah sebaiknya Divisi Batu memusatkan penjualan produk ke luar dan mengabaikan transfer intern. Jelaskan dengan perhitungan !        
Jawab :
      

Jika divisi Batu menjual ke pasar sebesar 1.500 unit
        
Penjualan produk ke pasar ekstern
Pendapatan penjualan
       
( 1.500 unit @ Rp 12 /unit ) Rp 18.000
    
Biaya Variabel
       
( 1.500 unit @ Rp 9 /unit ) (Rp 13.500)
    
Contribution Margin Rp 4.500
                  
Biaya Tetap
           
( 1.500 unit @ Rp 2 /unit ) (Rp 3.000)
      
Laba Bersih Rp 1.500
       

Penjualan produk ke divisi Bata
   
Pendapatan penjualan
       
( 500 unit @ Rp 9 /unit ) Rp 4.500
           
Biaya Variabel
       
( 500 unit @ Rp 9 /unit ) (Rp 4.500)
         
Contribution Margin Rp –
 
Biaya Tetap
           
( 500 unit @ Rp 2 /unit ) ( Rp 1.000 )
       
Laba Bersih ( Rp 1.000 )
   
Total Laba Bersih Rp 500
 
Maka, sebaiknya divisi Batu memusatkan penjualan produk ke pasar ekstern saja dan mengabaikan transfer intern, karena penjualan produk ke divisi Bata ( transfer Intern ) hanya mendapatkan laba sebesar Rp 500.
Jika divisi Batu memusatkan seluruh penjualan produk ke pasar ekstern, maka Laba Bersih yang di peroleh adalah sebesar Rp 2.000. dengan perhitungan sebagai berikut :        

Penjualan produk ke pasar ekstern
     
Pendapatan penjualan
            
(2.000 unit @ Rp 12 /unit ) Rp 24.000
          
Biaya variabel 
           
( 2.000 unit @ Rp 9 /unit ) (Rp 18.000 )
                   
Contribution Margin Rp 6.000
          
Biaya Tetap
    
( 2.000 unit @ Rp 2 /unit ) ( Rp 4.000 )
        
Laba Bersih Rp 2.000
            



BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan

Dalam sebuah perusahaan sangatlah penting kita mengenal apa yang disebut dengan harga transfer, langkah ini adalah merupakan langkah transaksi transfer barang atau jasa antar laba cukup signifikan biaya barang atau jasa yang ditransfer merupakan komponen penting produk akhir, profitabilitas merupakan pertimbangan penting di dalam penilaian prestasi divisi. Yang bertujuan untuk memberikan informasi relevan pada setiap pusat laba dalam menentukan harga transfer, memotivasi manajer pusat laba pengirim, pusat laba penerima, dan kantor pusat dalam membuat keputusan yang tepat,  menyajikan laporan laba setiap divisi yang secara layak mengukur prestasi divisi.
Berdasarkan pernyataan diatas terdapat hubungan yang erat antara harga transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Pada perusahaan yang melakukan divisionalisasi dimana di dalamnya terdiri dari beberapa unit bisnis sebagai pusat laba maka akan terjadi transfer barang atau jasa. Hal ini disebab kantidak seluruhnya dilengkapi dengan fasilitas yang sama sehingga ada kalanya unit bisnis yang satu harus memakai barang atau jasa dari unit bisnis lainnya. Dengan adanya penerapan harga transfer yang terjadi antara unit bisnis sebagai pusat labaakan mempengaruhi kinerja dari unit bisnis tersebut karena unit bisnis sebagai pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan seberapa besar laba yang dapat dihasilkannya.

DAFTAR PUSTAKA


Abdul Halim, Ahmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen , Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hansen dan Mowen. 2005. Management Accounting: Akuntansi Manajemen. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
................................... 2007. Management Accounting 8th Edition. South Western.
Horngren, C. T. , Datar, S. M. and G. Foster. 2006. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Pearson Prentice Hall. 12th ed. GRADING POLICY: TA Sessions.
Horngren, Datar, Poster, 2006; Cost Accounting; Managerial Emphasis, 12th Edition,
Mulyadi.  2001 Sistem Akuntansi , Edisi1, CetakanTiga, Penerbit : Salemba Empat. Jakarta.
Pearson Education Inc.
Primanto, A. Bakti, 2002; Transfer Pricing (Suatu Kajian Perpajakan), Jurnal Perpajakan Indonesia Vol 1 No. 7.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Supriyono, R.A., (2000), Sistem Pengendalian Manajemen, Buku 1, ed. 1, BPFE, Yogyakarta.
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

VISITOR

clustrmap

Lencana Facebook

translate

JOIN TO FOLLOW

Labels

Recent Posts