Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai
pribadi rakyat yang berjiwa besar pula. Tidak lah mungkin suatu bangsa akan
dapat maju memimpin perputaran roda dunia tanpa ada pengemudi yang
mengendarainya. Pribadi yang berjiwa besar tidak lah serta merta terlahir
kedunia tanpa adanya polesan yang memoles kualitas dirinya. Mari kita tengok
pimpinan seluruh ummat, yaitu Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam, Beliau
merupakan manusia yang sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia. Tidak serta
merta Rasul mendapatkan kemuliaan seperti uang yang jatuh dari langit. Allah
memoles Rasulullah mulai dari sifat dan hatinya. Pada akhirnya Rasullullah
meninggalkan kitab al-Qur’an kepada ummatnya untuk berpegang dan menimba apa yang
terkandung hikmah di dalamnya.
Untuk mengetahui apa
isi dari sebuah ruangan kosong yang terkunci, kita memerlukan sebuah kunci.
Begitu pula fungsi dari sebuah ilmu, sedikit saja kita menggenggamnya maka
tangan kita akan terasa kuat karena tahu akan fungsi tangan itu sendiri.
Bagaimanakah kita menggunakan tangan jika kita tidak tahu untuk apa tangan kita
diciptakan dengan sedemikian rupa. Namun, ketika kita sudah tahu untuk apa
tangan diciptakan, apakah kita akan mengambil hikmahnya dan mempergunakannya
dengan sebaik-baiknya dengan menggunakannya untuk menjalankan apa yang telah
diperintahkan dan tidak melakukan terhadap apa yang telah dilarang.
tûïÏ%©!$#
tbrãä.õt
©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_
tbrã¤6xÿtGtur
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$uZ/u
$tB
|Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/
y7oY»ysö6ß
$oYÉ)sù
z>#xtã
Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa segala
sesuatu yang telah diciptakan adalah benar adanya dan tidak ada yang
tersia-sia. Maka dari itu, Allah memberikan petunjuk kepada orang yang mau
berpikir dan mengingatnya. Hikmah yang bisa diambil adalah ilmu yang menjadi intisari
suatu kehidupan manuasia. Sehingga bisa diibaratkan dengan seorang yang tidak
punya ilmu seperti, raga manusia yang berjalan tanpa jiwanya. Apabila satu ilmu
itu dijabarkan, maka seluruh dunia akan penuh olehnya, dan ketika ilmu
dikumpulkan, maka kelihatan lah tidak lebih dari sebesar biji sawi.
Ketika manusia
sudah mempunyai banyak ilmu, tidak lah cukup baginya untuk menahkodai pelayaran
kehidupan. Bagaimana bisa sebuah bangsa dipimpin orang yang ahli dalam
bidangnya, namun rusak dalam tingkahnya?. Karena seberapa banyak ilmu yang kita
miliki namun tidak adanya kendali untuk mempergunakannya secara benar, sama
saja kita berkendara tanpa ada rem hanya menunggu waktu dimana kita akan
terjatuh karena tidak bisa menghentikan laju yang telah kita kendarai. Memang
benar bahwa Allah akan mengangkat derajat hambanya yang berilmu dan
mengamalkannya, namun perlu diingat bahwa Allah juga akan murka ketika ilmu
yang telah dimiliki seorang hamba disalah gunakan dan Allah mengembalikannya pada tempat yang
serendah-rendahnya.
¢OèO
çm»tR÷yu
@xÿór&
tû,Î#Ïÿ»y
ÇÎÈ
5. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka),
Begitulah janji
Allah kepada hambanya, maha suci Allah dengan sifat Adilnya. Sudah selayaknya
kita menyelami lautan ilmu, karena semakin kita meminum airnya maka semakin
haus yang dirasakan. Begitulah nikmatnya ilmu, semakin banyak ilmu yang kita
kenal, maka semakin mudah mengetahui siapa sebenarnya kita karena ilmu adalah
wujud cermin pribadi seseorang yang bisa dilihat dirinya sendiri maupun orang
lain.
Akhlak merupakan
pancaran dan hiasan dari sebuah ilmu, sedangkan ilmu adalah perwujudan dari
akhlak itu sendiri. Sebagus apapun kualitas akhlak manusia, ketika dia tidak
berilmu tetaplah dia dalam posisi yang rendah, begitu pula sebaliknya.
!$tBur
»oYù=yör&
wÎ)
ZptHôqy
úüÏJn=»yèù=Ïj9
ÇÊÉÐÈ
107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.
Dari sepenggal
ayat diatas, diterangkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Oleh karena itu Allah mencerminkan sifat dan sikap
baik yang perlu diteladani dalm diri Rasul. Akhlak yang baik akan mengangkat
derajat manusia ketempat yang dimuliakan oleh Allah.
Ibarat mendayung
perahu, ilmu adalah perahu yang ditumpangi. Perlu kayu yang kokoh dan kuat
untuk mewujudkan perahu yang berkualitas. Sedangkan sampan adalah akhlaknya,
yang mana akan mengarahkan perahu untuk menuju tempat yang diinginkan, sehingga
sedikit kemungkinan perahu tersebut menjadi mainan angina di lautan.
Ilmu adalah
sebuah intan permata, sedangkan akhlak adalah pancaran keindahannya. Ketika
sebuah intan permata kehilangan pancaran keindahannya, baimana bisa perhiasan
tersebut menarik hati manusia untuk memilikinya. Begitu sebaliknya, pancaran
keindahan tanpa berwujud dalam intan permata adalah fatamorgana yang hanya
indah dalan mata hitam manusia, akan lenyap dengan satu kerdipan mata.
Dahulu bangsa ini
menggebu-gebu memintarkan anak bangsanya, namun selang beberapa tahun berlalu,
bangsa ini seperti senjata makan tuan. Anak-anak bangsa yang pintar berilmu
malah menggerogoti bangsa ini dengan tindakan amoralnya. Semena-mena mereka
bertindak di muka bumi yang sebenarnya bidak ujian dari sang Pencipta.
Bangsa ini
menyadari bahwa ilmu saja tak cukup untuk menghidupkan jiwa anak bangsa yang
bermoral. Oleh karena itu, dewasa ini berbagai institut pendidikan menerapkan
system pendidikan moral untuk anak bangsa. Sudahkah cukup pendidikan yang
seperti ini? Hanya waktu yang akan menjawab,
kemanakah nasib bangsa ini akan terbawa oleh anak bangsa sebagai
pemegang tali kendalinya. Ke arah yang lebih baik ataukah ke arah keterpurukan,
mengingat kebobrokan moral generasi bangsa yang semakin tak terkendali sepak
terjangnya.
No comments:
Post a Comment