FLP UIN MALIKI MALANG: JEJAK LANGKAH DI UIN (eps. terakhir)
FLP UIN MALIKI MALANG: JEJAK LANGKAH DI UIN (eps. terakhir): Taman Kusuma Wicitra, sebuah taman yang tertata apik di tengah kota Tulungagung. Bermacam-macam bunga tertanam men...
KORELASI ANTARA ILMU DAN AKHLAK
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai
pribadi rakyat yang berjiwa besar pula. Tidak lah mungkin suatu bangsa akan
dapat maju memimpin perputaran roda dunia tanpa ada pengemudi yang
mengendarainya. Pribadi yang berjiwa besar tidak lah serta merta terlahir
kedunia tanpa adanya polesan yang memoles kualitas dirinya. Mari kita tengok
pimpinan seluruh ummat, yaitu Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam, Beliau
merupakan manusia yang sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia. Tidak serta
merta Rasul mendapatkan kemuliaan seperti uang yang jatuh dari langit. Allah
memoles Rasulullah mulai dari sifat dan hatinya. Pada akhirnya Rasullullah
meninggalkan kitab al-Qur’an kepada ummatnya untuk berpegang dan menimba apa yang
terkandung hikmah di dalamnya.
Untuk mengetahui apa
isi dari sebuah ruangan kosong yang terkunci, kita memerlukan sebuah kunci.
Begitu pula fungsi dari sebuah ilmu, sedikit saja kita menggenggamnya maka
tangan kita akan terasa kuat karena tahu akan fungsi tangan itu sendiri.
Bagaimanakah kita menggunakan tangan jika kita tidak tahu untuk apa tangan kita
diciptakan dengan sedemikian rupa. Namun, ketika kita sudah tahu untuk apa
tangan diciptakan, apakah kita akan mengambil hikmahnya dan mempergunakannya
dengan sebaik-baiknya dengan menggunakannya untuk menjalankan apa yang telah
diperintahkan dan tidak melakukan terhadap apa yang telah dilarang.
tûïÏ%©!$#
tbrãä.õt
©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_
tbrã¤6xÿtGtur
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$uZ/u
$tB
|Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/
y7oY»ysö6ß
$oYÉ)sù
z>#xtã
Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa segala
sesuatu yang telah diciptakan adalah benar adanya dan tidak ada yang
tersia-sia. Maka dari itu, Allah memberikan petunjuk kepada orang yang mau
berpikir dan mengingatnya. Hikmah yang bisa diambil adalah ilmu yang menjadi intisari
suatu kehidupan manuasia. Sehingga bisa diibaratkan dengan seorang yang tidak
punya ilmu seperti, raga manusia yang berjalan tanpa jiwanya. Apabila satu ilmu
itu dijabarkan, maka seluruh dunia akan penuh olehnya, dan ketika ilmu
dikumpulkan, maka kelihatan lah tidak lebih dari sebesar biji sawi.
Ketika manusia
sudah mempunyai banyak ilmu, tidak lah cukup baginya untuk menahkodai pelayaran
kehidupan. Bagaimana bisa sebuah bangsa dipimpin orang yang ahli dalam
bidangnya, namun rusak dalam tingkahnya?. Karena seberapa banyak ilmu yang kita
miliki namun tidak adanya kendali untuk mempergunakannya secara benar, sama
saja kita berkendara tanpa ada rem hanya menunggu waktu dimana kita akan
terjatuh karena tidak bisa menghentikan laju yang telah kita kendarai. Memang
benar bahwa Allah akan mengangkat derajat hambanya yang berilmu dan
mengamalkannya, namun perlu diingat bahwa Allah juga akan murka ketika ilmu
yang telah dimiliki seorang hamba disalah gunakan dan Allah mengembalikannya pada tempat yang
serendah-rendahnya.
¢OèO
çm»tR÷yu
@xÿór&
tû,Î#Ïÿ»y
ÇÎÈ
5. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka),
Begitulah janji
Allah kepada hambanya, maha suci Allah dengan sifat Adilnya. Sudah selayaknya
kita menyelami lautan ilmu, karena semakin kita meminum airnya maka semakin
haus yang dirasakan. Begitulah nikmatnya ilmu, semakin banyak ilmu yang kita
kenal, maka semakin mudah mengetahui siapa sebenarnya kita karena ilmu adalah
wujud cermin pribadi seseorang yang bisa dilihat dirinya sendiri maupun orang
lain.
Akhlak merupakan
pancaran dan hiasan dari sebuah ilmu, sedangkan ilmu adalah perwujudan dari
akhlak itu sendiri. Sebagus apapun kualitas akhlak manusia, ketika dia tidak
berilmu tetaplah dia dalam posisi yang rendah, begitu pula sebaliknya.
!$tBur
»oYù=yör&
wÎ)
ZptHôqy
úüÏJn=»yèù=Ïj9
ÇÊÉÐÈ
107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.
Dari sepenggal
ayat diatas, diterangkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Oleh karena itu Allah mencerminkan sifat dan sikap
baik yang perlu diteladani dalm diri Rasul. Akhlak yang baik akan mengangkat
derajat manusia ketempat yang dimuliakan oleh Allah.
Ibarat mendayung
perahu, ilmu adalah perahu yang ditumpangi. Perlu kayu yang kokoh dan kuat
untuk mewujudkan perahu yang berkualitas. Sedangkan sampan adalah akhlaknya,
yang mana akan mengarahkan perahu untuk menuju tempat yang diinginkan, sehingga
sedikit kemungkinan perahu tersebut menjadi mainan angina di lautan.
Ilmu adalah
sebuah intan permata, sedangkan akhlak adalah pancaran keindahannya. Ketika
sebuah intan permata kehilangan pancaran keindahannya, baimana bisa perhiasan
tersebut menarik hati manusia untuk memilikinya. Begitu sebaliknya, pancaran
keindahan tanpa berwujud dalam intan permata adalah fatamorgana yang hanya
indah dalan mata hitam manusia, akan lenyap dengan satu kerdipan mata.
Dahulu bangsa ini
menggebu-gebu memintarkan anak bangsanya, namun selang beberapa tahun berlalu,
bangsa ini seperti senjata makan tuan. Anak-anak bangsa yang pintar berilmu
malah menggerogoti bangsa ini dengan tindakan amoralnya. Semena-mena mereka
bertindak di muka bumi yang sebenarnya bidak ujian dari sang Pencipta.
Bangsa ini
menyadari bahwa ilmu saja tak cukup untuk menghidupkan jiwa anak bangsa yang
bermoral. Oleh karena itu, dewasa ini berbagai institut pendidikan menerapkan
system pendidikan moral untuk anak bangsa. Sudahkah cukup pendidikan yang
seperti ini? Hanya waktu yang akan menjawab,
kemanakah nasib bangsa ini akan terbawa oleh anak bangsa sebagai
pemegang tali kendalinya. Ke arah yang lebih baik ataukah ke arah keterpurukan,
mengingat kebobrokan moral generasi bangsa yang semakin tak terkendali sepak
terjangnya.
internal memo
INTERNAL MEMO
TO: Senior Management Team
FROM:
RE: Developing a Smart Paper Plan
DATE:
I’m
writing to let you know that we will soon launch an effort to devise and
implement a company-wide “Smart Paper Plan.” As you might know, we use several
tons of paper a year in the office. That’s perfectly normal for an office our
size; by one estimate, an average office employee creates approximately 350
pounds of wastepaper a year. But by carefully marshaling our resources, we
should be able to reduce that amount significantly, helping the environment
while helping our own bottom line.
The
core components of our Smart Paper Plan will be:
ü Conserving
paper,
by relying on email distribution, using half-sheet fax cover sheets, using both
sides of a sheet of paper, and other means.
ü Recycling
paper,
by redoubling our efforts to make sure we capture every scrap of recyclable
paper.
ü Purchasing
ecologically superior paper, made with significant postconsumer recycled content and
other important environmental attributes.
We’ll
begin the effort by creating a Smart Paper Team that includes representatives
of the various departments. The team will lead a company-wide diagnosis of our
current paper practices and develop a draft Smart Paper Plan, complete with
specific recommendations, for consideration by senior management. We will
together review the plan, make any changes, additions, or deletions, and then
begin implementation.
This
is an important effort to the company, not just because it will save us money,
but because it can make an important contribution to the environment. The
production of paper takes an enormous environmental toll, significantly
reducing forests, emitting toxic pollution from production processes, and
creating a great quantity of paper products in landfills. By reducing our own
contribution to these environmental problems, we can be better corporate
citizens.
I
believe it will also offer us important employee morale and public relations
benefits as well. I hope that as we devise and implement the plan we will be
able to foster a top-to-bottom commitment to smart paper practices, and that we
will all be proud of the contribution the plan will make to the environment. Of
course, once we have developed and implemented a plan that we can be truly proud
of, I expect we will be eager to brag a little to our customers about the plan.
In
short, I hope our efforts to devise and implement a Smart Paper Plan will be
helpful to us on many fronts. I hope you’ll join in this effort
enthusiastically. Thanks very much.
DAMPAK POSITIF RIBA
DAMPAK POSITIF RIBA
"dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia
bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Surah a-r-Rum 39."
Riba merupakan suatu
tambahan yang mana bisa berwujud jasa atau barang dan tidak ada
ketentuan/kepastiaannya. Dewasa ini manusia mulai disadarkan bahwa setiap
aktifitas keuangan mereka selalu bersenggolan dengan riba. Ada banyak mata yang
menyorot akan hukum dari riba, sebagian mengatakan haram, makruh dan
sebagiannya mengatakan mubah (boleh-boleh) saja.
Berbagai pertanyaan pun
sering muncul akan kejelasan riba, baik dari orang awam atau pun orang ‘alim.
Sebagaimana diketahui bahwa percampuran antara riba dan uang halal seperti uang
tabungan atau uang pinjaman adalah sangat sulit untuk dipisahkan. Karena dalam
keshariannya, aktivitas manusia tidak jauh dari jual/beli dan hutang/piutang.
Kedua hal tersebut adalah aspek yang menyebabkan munculnya riba.
Banyak kalangan yang hanya
menilai riba dari segi negatif. Riba yang membuat orang terbebani, riba yang
menyulitkan pengembalian, riba yang menyebabkan dosa dan banyak pandangan buruk
lainnya. Jika kita berpikir lebih cermat, riba juga bisa mendatangkan segi
positif. Sebagai salah satu contoh siederhananya adalah ketika kita menabung di
bank, setiap bulannya pasti kita akan mendapatkan riba (bunga). Bunga yang
menumpuk akan membesar seiring dengan waktu. ketika sudah terkumpul banyak,
apakah kita akan membiarkan dan tidak mengambilnya karena menganggap uang
tersebut adalah barang subhat.
Yusuf Qordhowi menjelaskan
bahwa uang tanpa tuan kalau dicontohkan adalah bunga (riba) atas tabungan,
boleh diambil dan diberikan kepada fakir
miskin. Dan tidak boleh dipakai oleh pemilik tabungan tersebut karena dasarnya
uang bunga (riba) adalah bukan hak/miliknya, sehingga haram hukumnya bagi si
pemilik tabungan mengonsumsi dari uang riba (tabungan). Di contohkan sebagai
uang tanpa tuan karena uang riba (bunga) tersebut adalah harta yang tidak jelas
pemiliknya karena pada dasarnya, harta terbagi menjadi dua: jelas pemiliknya
dan tidak jelas pemiliknya. Dikatakan tidak haram diberikan untuk fakir miskin
karena harta tersebut haram bagi si pemilik tabungan, tapi belum tentu haram
bagi si fakir miskin berdasarkan dalil ayat di atas.
Ketika kita tidak mengambil uang riba (bunga)
atas tabungan dan membiarkannya tetap berada di bank, maka kita bisa dikatakan
dzolim karena menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Bisa jadi ketika kita
tidak memanfaatkannya, namun dimanfaatkan oleh segelintir pihak untuk hal yang
dilarang syar’i. Selain itu, dengan diberikannya uang tersebut kepada fakir
miskin, kita akan mendapat pahala karena meringankan beban mereka. Kaum fakir
miskin merasa senang atas bantuan kita, dari situlah kita mendapatkan kebaikan.
Dari pemaparan di atas, kita dapat mengambil beberapa hikmah, di antaranya
adalah kita terhindar dosa karena kita tidak harus mengonsumsi riba, kita
mendapatkan pahala karena meringankan beban fakir dan miskin, dan membuat fakir
miskin merasa senang atas pertolongan kita. uang riba (bunga) dapat diwujudkan
sebagai zakat dan sodaqoh sebagaimana penjelasan ayat al-Qur'an di atas. semoga
kita terhindar dari apa yang telah dilarang Allah sehingga kita mendapatkan
keridhoan-Nya, aamiin.