Komunikasi dalam Perspektif Islam
Komunikasi
tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan semata. Bahkan komunikasi
sendiri sebenarnya telah diajarkan oleh Sang
Pencipta, Allah SWT, melalui kitabnya Al Qur’an tentang bagaimana pentingnya
komunikasi bagi umat manusia. Dalil dari Hadits Nabi Muhammad ` memberi
petunjuk bagaimana berdialog dan berkomunikasi yang baik. Di antaranya “Permudahlah dan
jangan kalian persulit dan gembirakanlah dan jangan kalian buat mereka lari.”
. “Perkataan yg baik itu adalah sedekah.”
. “Bukanlah orang kuat itu karena kuat gulat tetapi
orang yang
kuat itu yg menguasai diri/nafsunya ketika marah.”
. “Senyummu terhadap wajah saudaramu itu adalah sedekah.”
. “Hikmah itu adalah harta mukmin yg hilang
di mana saja dia menemukannya maka dialah manusia yg paling berhak dengannya.”
. “Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah Lembut mencintai kelembutan dan memberi
atas orang yg lemah lembut sesuatu yg tidak diberikan kepada orang yg keras dan
sesuatu yg tidak diberikan atas lainnya.” . Prinsip-prinsip
komunikasi dalam Islam yaitu:
1. Qaulan
Balighan yaitu komunikasi yang disampaikan
kepada mereka sampai jiwa mereka bergetar sehingga bisa berpengaruh terhadap
perubahan afeksi pada pribadi yang diajak bicara.
2. Qaulan
Maisuran yaitu bahasa yang disampaikan
menggembirakan mereka memberikan harapan bagi kemajuan dan perbaikan.
3. Qaulan
Layinan yaitu bahasa yang disampaikan secara
lemah lembut. Biasanya ditujukan bagi orang-orang yang kasar dan pemarah atau
raja yang keras hati seperti Fir’aun. Mereka yang tidak mudah menerima
kebenaran.
4. Qaulan
Kariman yaitu perkataan yang disampaikan penuh
rasa kasih sayang serta tidak kasar seperti yang digunakan oleh seorang anak
saleh kepada kedua orang tuanya.
5. Qaulan
Sadida yaitu kalimat-kalimat yang ”meruntuhkan
kemudian membangunnya kembali”. Artinya jika seorang pemimpin berhadapan dengan
bawahan yang melakukan kesalahan maka dia wajib meluruskan dan memberikan saran
untuk memperbaiki kesalahan tersebut melalui petunjuk-petunjuk yang benar.
6. Qaula
Shodiqon
yaitu berbicara secara jujur apa adanya, yang hitam katakan hitam bukan
abu-abu.
Berikut dalil al-Quran yang
menunjukkan prinsip dalam komunikasi :
“Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Qaulan Sadida --perkataan yang benar” (QS. An nisa’ 4:9).
“Mereka itu adalah orang-orang yang
Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan
Baligha --perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa : 63).
“Dan janganlah kamu serahkan kepada
orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
Ma’rufa --kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa: 5)
“Dan apabila sewaktu pembagian itu
hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu
(sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik”
(QS An-Nissa :8).
“Dan tidak ada dosa bagi kamu
meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan
mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa
kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan
janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada
mereka) Qaulan Ma’rufa --perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).
“Qulan
Ma’rufa --perkataan yang baik-- dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha
Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).
“Hai
isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa
--perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan
‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
Karima --ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
“Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina --kata-kata yang
lemah-lembut...” (QS. Thaha: 44).
”Dan jika kamu berpaling dari mereka
untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah
kepada mereka Qaulan Maysura --ucapan yang mudah dan menyenangkan” (QS. Al-Isra:
28).
Demikian “Ayat-Ayat Komunikasi” (AAK)
sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam. AAK
itu merupakan panduan bagi kita, kaum Muslim, dalam melakukan komunikasi, baik
komunikasi interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan
dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Metode
dakwah Islam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebenarnya telah menerapkan
prinsip komunikasi. Keberhasilan dakwah tidak bisa dilepaskan dari penerapan
cara komunikasi Rasulullah SAW yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat
itu. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW sangat pantas ditiru bukan hanya karena
ahlak dan budi pekertinya semata melainkan kehandalannya dalam berkomunikasi.
Beliau layak menjadi teladan bagi para pemimpin dan manajer kapanpun dan
dimanapun.
No comments:
Post a Comment