SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

Tips Menghafal Al-Qur’an

bismillahirrahmanirrahim
Al-Qur’an, sumber dari segala sumber hukum umat Islam. Panduan langsung dari Allah SWT untuk kita agar selamat di dunia dan di akhirat. Allah SWT menjanjikan pahala besar bagi yang membacanya, memahaminya, dan melaksanakannya. Adalah impian setiap muslim untuk bisa menghafalkan Al-Qur’an.
Secara umum, berikut adalah beberapa tips untuk dapat menghafal Al-Qur’an dari seorang hafiz juara lomba menghafal qur’an di tingkat nasional maupun internasional, Mudhawi Ma’arif (semoga Allah merahmati beliau):
Untuk memudahkan kita dalam menghafal, ada syarat-syarat yang harus kita pegang kuat-kuat, yaitu:
  1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
  2. Berniat mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjadi hamba-hamba pilihan-Nya yang menjaga Al-Qur’an
  3. Istiqomah (teguh hati).
  4. Menguasai bacaan al-qur’an dengan benar, baik tajwid maupun makharij setiap huruf.
  5. Adanya seorang pembimbing dari ustad/ustadzah (al-hafidz/al-hafidzah).
  6. Minimal sudah pernah khatam Al-Qur’an 20 kali (dengan membaca setiap ayat 5 kali).
  7. Konsisten menggunakan satu jenis mushaf al-qur’an (al-qur’an pojok).
  8. Konsisten menggunakan pensil/bolpen/stabilo sebagai pembantu.
  9. Memahami ayat yang akan dihafal
Ada tiga tahap utama yang harus dilakukan seorang penghafal Al-Qur’an, yaitu:
  1. Persiapan (isti’dad)
    Kewajiban utama penghafal al-qur’an adalah harus menghafalkan setiap harinya minimal satu halaman dengan tepat dan benar dengan memilih waktu yang tepat untuk menghafal. Contohnya:
    1. Sebelum tidur malam, lakukan persiapan terlebih dahulu dengan membaca dan menghafal satu halaman secara cepat (jangan langsung dihafal secara mendalam).
    2. Setelah bangun tidur hafalkan satu halaman tersebut dengan hafalan yang mendalam dengan tenang lagi konsentrasi.
    3. Ulangi terus hafalan tersebut (satu halaman) sampai benar-benar hafal diluar kepala.
  2. Pengesahan (tashih/setor)
    Setelah melakukan persiapan secara matang dengan selalu mengingat-ingat suatu halaman tertentu, berikutnya tashihkan (setorkan) hafalan kita kepada ustad/ustadzah. Setiap kesalahan yang telah ditunjukkan oleh ustad, lakukan hal-hal berikut:
    1. Berikan tanda kesalahan dengan mencatatnya (dibawah atau diatas huruf yang lupa)
    2. Ulangi setoran sampai dianggap benar oleh ustad.
    3. Bersabarlah untuk tidak menambah materi dan hafalan baru kecuali materi dan hafalan lama benar-benar sudah dikuasai dan disahkan.
  3. Pengulangan (muroja’ah/penjagaan)
    Setelah setor, jangan meninggalkan tempat (majelis) untuk pulang sebelum hafalan yang telah disetorkan diulangi lagi beberapa kali terlebih dahulu (sesuai dengan anjuran ustad/ustadzah) sampai ustad benar-benar mengijinkan kita untuk pulang.
Memang luar biasa perjuangan seorang penghafal Al-Qur’an. Wajarlah jika Allah menjanjikan pahala besar bagi siapapun yang sanggup menghafalkan Al-Qur’an. Semoga tips di atas bisa membantu kita untuk menghafalkan kitab suci kita tercinta. Wallahu’alam bisshawab.
alhamdulillahirabbilalamin
Referensi:
  1. Mudhawi Ma’arif.
  2. Sebuah web yang enggan dicantumkan namanya.
Share:

PERIODE USIA LANJUT ( 60 Tahun - Maninggal )




MAKALAH
PERIODE USIA LANJUT
( 60 Tahun - Maninggal )
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
 Psikologi Perkembangan “

DosenPembimbing
 Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
 
DisusunOleh:
M. Khoirul Fadeli           11110044
Umi Nur fadilah              11110011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012


BAB I
PERIODE LANJUT USIA ( 60 TAHUN - WAFAT )
A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis.
Perubahan ini juga terjadi pada aspek psikologi dan sosialnya. Selain itu permasalahan mengenai perubahan di usia tua ( 60-meninggal ) juga perlu untuk dibahas secara terperinci.
2.      Rumusan Masalah
a.      Bagaimana penyesuaian diri terhadap perubahan fisik ?
b.      Bagaimana perubahan kemampuan mental ?
c.       Bagaimana perubahan minat ?
d.      Bagaimana pandangan menurut Al-Qur’an ?
3.      Tujuan
a.      Untuk mengetahui penyesuaian diri terhadap perubahan fisik
b.      Untuk mengetahui perubahan kemampuan mental
c.       Untuk mengetahui Perubahan minat
d.      Untuk mengetahui pandangan menurut Al-Qur’an






B.     PEMBAHASAN
1.      Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Bagi Usia Lanjut
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awalnya masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Perubahan kondisi fisik pada usia lanjut sebagian besar terjadi ke arah yang memburuk. Proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu walaupun usia mereka sama.
a.      Perubahan Kesehatan badan
Pada masa tua atau dewasa akhir, sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang belakang menjadi bungkuk.  Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk diperbaiki kembali. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker dan radang paru-paru dan lainnya.[1]
b.      Perubahan sensori
Perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, pencium, dan indera peraba. Perubahan dalam indera penglihatan pada masa dewasa akhir misalnya tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya. Biji mata menyusut dan lensa manjadi kurang jernih, sehingga jumlah cahaya yang diperoleh retina berkurang. Sementara itu, penurunan juga terlihat dalam kepekaan terhadap rasa dan bau. Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan asin ( Santrock, 1995 ).[2]
c.       Perubahan pada otak
Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa. Tetapi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit, bagaimanapun juga, menurut Santrock ( 1995 ) , diperkirakan bahwa 5 hingga 10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilanggnya neuron akan semakin cepat.
Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa diantaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil, tumor otak, atau karena terlalu banyak minum minuman beralkohol. Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan ( seniliti ). Bahkan, juga dapat menimbulkan penyakit otak yang lain.[3]
d.      Perubahan aspek psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.[4] Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1.      Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2.      Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3.      Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4.      Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5.      Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
e.       Perubahan seksual
Banyak dibicarakan dalam media masa mengenai apa yang di sebut “ midlife crisis ”. Krisi ini mungkin merupakan suatu krisis yang normal yang terjadi antara kurang lebih usia 40 dan 50 tahun. Dalam waktu itu dapat timbul kebosanan dalam hidup perkawinan, suami telah mencapai pucak kariernya, isteri menghadapi atau mengalami menopause. Pendidikan dan pengasuhan anak makin kurangg memakan waktu, pendek kata terjadilah banyak perubahan yang terutama mengakibatkan perubahan yang mendalam pada motivasi seksual.
Sikap orang lanjut usia terhadap seksualitas berbeda dengan sikap orang muda. Cameron ( 1970 ) mengemukakan bahwa orang lanjut usia dibanding dengan orang muda merasa kurang mempunyai perhatian terhadap seksualitas, kurang mampu dan kurang aktif. Spreitzer menemukan pada orang lanjut usia lebih banyak intoleransi terhadap seks yang non-tradisional ( misal : hubungan seks sebelum nikah atau diluar pernikahan ). Kebudayaan dan norma agama juga mempengarui, yaituu menolak hubungan seks di luar pernikahan. Dengan demikian maka perbedaan antara orang lanjut usia dan orang muda belum dapat dipastikan, paling tidak di Indonesia.[5]
2. Perubahan Kemampuan Mental Pada Usia Lanjut
Hasil studi psikologi telah memperkuat adanya kecenderungan penurunan berbagai hal, yang secara otomatis akan juga timbul kemunduran kemampuan mental. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan terhdap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berfikir, mempelajari hal baru, menghafal, mengingat dan meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan energi intelektual. Di beberapa kondisi lain seperti tekanan darah tinggi yang mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual.
Perangsangan dari lingkungan juga mempengaruhi kecepatan penurunan kemampuan mental. Mereka yang terus bekerja dalam usia yang lanjut akan mempunyai fungsi otak yang lebih normal dan dapat melakukan tes kecerdasan dengan lebih baik dibandingkan mereka yang menganggur. Mereka yang sering melakukan aktifitas akan mengurangi kecenderungan pengurangan kemampuan mental.
Dengan menurunnya kemampuan mendengar mereka, maka banyak dari mereka yang tidak bisa atau gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain. Hala ini berbeda dengan sewaktu mereka berusia muda.
Bagi sebagian orang yang tidak mengenal tes mentaltidak simpatik dengan pendapat seperti dengan pendapat seperti itu dan menolak kalau mau di uji. Hal ini menimbulkan penyimpangan terhadap sampel yang digunakan dalam studi dan biasanya orang-orang yang tinggal di panti werdha digunakan sebagai sampel dalam studi kelompok usia lanjut. [6]
Sebagai tambahan, selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menmenekankan pada elemen waktudianggap tidak sesuai bagi orang yang berusia lanjut. Dalam mengukur kemampuan mental, kemampuan untuk mengatasi tugas-tugas yang berhubungan dengan mental harus bebas dari pengaruh kecepatandan faktor lainnya yang dapat mengacaukan kemampuan mental.
Karena adanya bukti-bukti yang saling bertentangan ini tentang menurunnya kemampuan mental, Horn dan Donaldson memperingatkan bahwa: “ada hal yang menyebabkan bertentanga pandangan, bahwa semua kemampuan yang dipercayai terlibat dalam kecerdasan menurun atau menurun dalam cara yang sama, beberapa kemampuan mungkin menurun sedikit atau tidak sama sekali. Disamping itu juga ada hasil yang bertentangan denga yang dharapkan, bahwa penurunan kemampuan mental terjadi bagi seluruh subjek atau yang sudah diatur sedini mungkin seperti yang diharapkan dari penentuan data antar bagian secara terpisah”.
Satu-satunya cara untuk mengukur jumlah penurunan secara tepat adalah dengan menggunakan catatan yang akuran tentang kemampuan puncak masing-masing individu. Kemudian dengan standart tersebut ditentukan persentase penurunan yang terjadi pada setiap tingkat usia yang berbeda. Untuk menentukan, seperti yang telah ditekankan sebelumnya, beberapa studi telah dibuat dengan menggunakan metode longitudinal yang umunya memakai sampel pada tingkat usia yang berbeda. Inilah yang disebut sebagai metode silang antara bagian atau sectional method. Satu studi yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama melaporkan bahwa terjadi penurunan jauh lebih kecil di bandingkan dengan kepercayaan yang telah begitu populer.[7]
Secara umum merak yang mempunyai pengalaman intelektual lebih tinggi secara relatif penurunan efisiensi mental kurang dibanding mereka yang pengalaman intelektualnya rendah.

            3. Perubahan Minat
a. Minat pribadi
1) Minat dalam diri sendiri : orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri      apabila semakin tua.
2) Minat terhadap pakaian : minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut terlubat dalam kegiatan sosial.
3) Minta terhadap uang : pensiun atau pengangguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan samasekali.
4) Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan
  b. Minat sosial
                                           Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukan semakin berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan ( social sengagement ). Jenis-jenis kegiatan sosial yang mulai dihentikan, diantaranya : partisipasi sosial, perubahan dalam status individual, dan lain sebagainya.
  c. Minat untuk mati
                                           Selama masa kanak-kanak, dewasa, dan sedikit pada masa dewasa ini, rasa tertarik terhadap kematian lebih berkisar pada seputar kehidupan setelah mati dari pada terhadap sebab-sebab yang menjadikan seorang mati, sepertii : kapan saya mati, Apakah yang menyebabkan kematian saya, apakah yang dapat saya lakukan terhadap kematian saya, seperti yang saya inginkan, bagaimana saya mati dengan cara yang baik. [8]

4. Pandangan Menurut Al – Qur’an
Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Ciri-ciri usia lanjut diantaranya ialah seperti berikut : a) merupakan periode lanjut, (b) perbedaan individual pada efek menua, (c) usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda. Tahapan ini oleh Rasulullah dinamakan masa pergulatan maut, yaitu masa enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Masalah umum bagi usia lanjut adalah keadaan fisik lemah dan tak berdaya sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Q.S Al-Rum ( 30 : 54 )
 ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ㍃Ïs)ø9$# ÇÎÍÈ  
“ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa”.[9]
                    Masa tua merupakan masa yang harus di sadari. Pada masa ini, harus menyadari bahwa seseorang sudah tidak muda lagi, dalam arti mesti melakukan perbaikan diri atau muhasabah ( koreksi ), selalu mengevaluasi semua amal perbuatannya, dan senantiasa mendekatkan diri kepada tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian, seseorang sudah dalam keadaan bertobat dengan sebenar-benarnya. Selain itu, seseorang juga dituntut untuk terus beramal dan meningkatkan kualitas iman dan taqwa pada Sang Pencipta ( Khaliq ).[10] Akhirnya, seorang hamba ( makhluk ) betul-betul akan menjadi manusia yang husnul qatimah, gembira dalam menjemput maut, kembali keharibaan Ilahi rabbi, layaknya bayi yang baru lahir.




C.    KESIMPULAN
1.      Pada awalnya masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Perubahan kondisi fisik pada usia lanjut sebagian besar terjadi ke arah yang memburuk. Perubahan fisik itu terjadi dibeberapa bagian diantaranya ialah : perubahan pada kesehatan badan, psikomotori, psikososial, dan juga aspek seksualitas.
2.      Menurunnya kondisi fisik yang menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan terhdap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berfikir, mempelajari hal baru, menghafal, mengingat dan meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan energi intelektual.
3.      Perubahan Minat terjadi pada beberapa aspek diantaranya : Minat pribadi, minat sisoal, dan minat untuk mati.
4.      Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Tahapan ini oleh Rasulullah dinamakan masa pergulatan maut, yaitu masa enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Masalah umum bagi usia lanjut adalah keadaan fisik lemah dan tak berdaya sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Al-Rum ( 30 : 54 )









Daftar Rujukan
Desmita. 2006. Psikologi perkembangan cetakan kedua. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Dea, Thomas. F. O. 1985 Sosiologi Agama, Suatu Pengenal Awal, terj :  Jakarta : rajawali dan yosogama

F.J. Monks, A.M.P. Knoers. Siti Rahayu Haditono. 2002 Psikologi perkembangan.  yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Elizabeth b. Hurlock . 2002 . psikologi perkembangan edisi ke lima.
Jakarta : erlangga
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I. 2010 . pendidikan dan psikologi perkembangan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Madia
Al-Qur’an digital


[1] Desmita, psikologi perkembangan, ( Bandung : rosda karya, 2006 ) hlm. 234
[2] Ibid. Hlm 236
[3] Ibid. Hlm 237
[4] Dea, Thomas. F. O., Sosiologi Agama, Suatu Pengenal Awal, terj, ( Jakarta : rajawali dan yosogama 1985 ).
[5] F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi perkembangan, ( yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2002 ) hlm. 351
[6] Elizabeth b. hurlock, psikologi perkembangan edisi ke lima, ( Jakarta : erlangga, 2002 ) hlm.    388
[7] Ibid. Hal 389
[8] Ibid. Hal 391
[9] Al-Qur’an Digital.
[10] Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I, Pendidikan dan psikologi perkembangan, ( Jogjakarta : Ar-Ruzz, 2012 ) hlm. 99-100
 


Share:

Popular Posts

VISITOR

clustrmap

Lencana Facebook

translate

JOIN TO FOLLOW

Labels

Recent Posts