SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

BUDAYA LOKAL DAN BUDAYA BARAT

MAKALAH
BUDAYA LOKAL DAN BUDAYA BARAT

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ILMU BUDAYA DASAR
Dosen Pengampu ROMI FASLAH,M.Si








Disusun oleh :
IBNATUL MUJABAH                                115100084
SIRRUL BARI                                             11510030
CHUSNUL WAFA AL CHUMEID           11510120
MOHAMAD BASTOMI                              11510131
HEBBI ENDAR SAPVRITI                       11510142


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MEI 2012


KATA PENGANTAR


            Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat, taufik serta hidayahnya kami masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyusun makalah  dengan judul “BUDAYA LOKAL DAN BUDAYA BARAT” guna memenuhi tugas Semester dua.
            Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada:
  1. Bapak ROMI FASLAH,M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah ILMU BUDAYA DASAR yang memberikan arahan dan masukan dalam makalah ini.
  2. Serta semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini yang tidak mingkin kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuran.
Demi tercapainya suatu kesempurnaan kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Demikaian hal yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca.



Malang, 30 Mei 2012


Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang 1
1.2  Rumusan Masalah 2
1.3  Tujuan Permasalahan 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1        Pengertian budaya lokal & barat 3
2.2        Perbedaan dan hubungan kebudayaan lokal dengan kebudayaan  barat  8
2.3        Benturan Budaya Lokal dengan Budaya Barat Tidak dapat Dihindari  11
2.4        Dampak masuknya budaya barat terhadap budaya lokal  14
2.5        Upaya Pelestarian Budaya Lokal  20

BAB III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan  22

DAFTAR PUSAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Pertama-tama perlu diketahui bahwa masih banyak di antara masyarakat awam kita yang mengartikan “kebudayaan” sebagai “kesenian”, meskipun sebenarnya kita semua memahami bahwa kesenian hanyalah sebagian dari kebudayaan. Hal ini tentulah karena kesenian memiliki bobot besar dalam kebudayaan, kesenian sarat dengan kandungan nilai-nilai budaya, bahkan menjadi wujud dan ekspresi yang menonjol dari nilai-nilai budaya.
Dan di tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia, melalui cara  cara tertentu membuat Dampak Positif dan Dampak Negatif nya sendiri Bagi Bangsa Indonesia. Terutama dalam Bidang Kebudayaan. Karena semakin terkikisnya nilai – nilai Budaya kita oleh pengaruh budaya Asing yang masuk ke Negara kita.
Oleh karena itu, untuk  meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka Pembangunan Nasional perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya  pengem­bangan kesenian yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”. Pakem-pakem seni (lokal dan nasional) perlu tetap dilanggengkan, karena berakar dalam budaya masyarakat. Melalui dekomposisi dan rekonstruksi, rekoreografi, renovasi, revitalisasi, refung­sionalisasi, disertai improvisasi dengan aneka hiasan, sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas baru, akan mengundang apresiasi dan menumbuhkan sikap posesif terhadap pembaharuan dan pengayaan karya-karya seni.  Di sinilah awal dari kesenian menjadi kekayaan budaya dan “modal sosial-kultural” masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
1. apa pengertian kebudayaan lokal dan kebudayaan barat ?
2. apa perbedaan dan hubungan kebudayaan lokal dan kebudayaan barat ?
3. bagaimana terjadinya benturan antara kebudayaan lokal dan kebudayaan barat ?
4. bagaimanakah dampak masuknya kebudayaan barat di Indonesia ?
5. bagaimakah upaya melestarikan kebudayaan lokal ?

1.3 Tujuan
1. mengetahui pengertian kebudayaan lokal dan kebudayaan barat secara luas
2. mengetahui perbedaan dan hubungan antara  kebudayaan lokal dan kebudayaan barat
3. mengetahui masuknya kebudayaan barat di Indonesia dan benturan kebudayaaan yang terjadi
4. mengetahui dampak positif maupun negatif akibat masuknya kebudayaan barat
5. mengetahui tata cara yang harus ditempuh untuk melestarikan kebudayaan lokal agar tidak hilang



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kebudayaan lokal dan kebudayaan barat
2.1.1  pengertian kebudayaan lokal
Dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan memberikan batasan terhadap budaya lokal atau kearifan lokal, mengingat ini akan terkait teks dan konteks, namun secara etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar sudah berupaya merumuskan sebuah definisi terhadap local culture atau local wisdom ini. berikut penjelasannya :
  1. Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh: kebudayaan nasional;
  2. Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau daerah. Contoh : Budaya Sunda;
  3. Subculture, merupakan kebudyaan khusus dalam sebuah culture, namun kebudyaan ini tidaklah bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong royong
  4. Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture yaitu merupakan bagian turunan dari culture, namun counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya individualisme
Dalam  penjelasannya, kebudayaan suku bangsa adalah sama dengan budaya lokal atau budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum lokal adalah tergantung pada aspek ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada ruang perkotaan dimana hadir berbagai budaya lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap pendatang, namun ada budaya dominan yang berkembang yaitu misalnya budaya lokal yang ada dikota atau tempat tersebut. Sedangkan kebudayaan nasional adalah akumulasi dari budaya-budaya daerah.
Definisi Jakobus itu seirama dengan pandangan Koentjaraningrat (2000). Koentjaraningrat memandang budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku bangsa sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan ’kesatuan kebudayaan’. Dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya.
Pandangan yang menyatakan bahwa budaya lokal adalah merupakan bagian dari sebuah skema dari tingkatan budaya (hierakis bukan berdasarkan baik dan buruk), dikemukakan oleh antropolog terkemuka di Indonesia yang beretnis Sunda, Judistira K. Garna.
Menurut Judistira (2008:141), kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional.
Lebih lanjut, mengenai budaya lokal dan budaya nasional, Judistira mengatakan bahwa dalam pembentukannya, kebudayaan nasional memberikan peluang terhadap budaya lokal untuk mengisinya. Adapun definisi budaya nasional yang mempunyai keterkaitan dengan budaya lokal adalah sebagai berikut:
1.      Kebudayaan kebangsaan (kebudayaan nasional) berlandaskan kepada puncak-puncak kebudayaan daerah,
2.      Kebudayaan kebangsaan ialah gabungan kebudayaan daerah dan unsur-unsur kebudayaan asing,
3.      Kebudayaan kebangsaan menurut rekayasa pendukung kebudayaan dominan Kebudayaan kebangsaan dibentuk dari unsur-unsur kebudayaan asing yang modern dalam mengisi kekosongan dan ketidaksepakatan dari berbagai kebudayaan daerah (Judistira, 2008:41)
 Jadi, budaya lokal merupakan sebuah hasil cipta, karsa, dan rasa yang tumbuh dan berkembang di dalam suku bangsa yang ada di daerah tersebut.

2.1.2  Pengertian  kebudayaan barat
Kebudayaan Barat tak bisa langsung diartikan  kebudayaan yang datang dari barat. Kebudayaan barat yang di tulis sebagai western culture. Western culture diakui oleh negara belahan dunia manapun sebagai kultur yang berada di Eropa barat bukan Amerika, bukan Australia, dan bukan Negara Eropa Timur atau Selatan. Namun seiring perkembangan, terjadilah pembatas yang membatasi budaya barat dan timur. Mungkin karena perbedaan ras, Agama, persamaan kebudayaan di beberapa belahan negara, sehingga muncul istilah tersebut. Jadi, jika kita langsung melogika. Budaya barat bukanlah sebuah istilah sebuah arah mata angin yaitu budaya pada bagian barat kita  melainkan sebuah istilah yang berawal dari kawasan eropa barat.
Konsep budaya Barat umumnya terkait dengan definisi klasik dari Dunia Barat. Dalam definisi ini, kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam kanon Barat.[1] Istilah ini juga telah dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya amat dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-negara di benua Amerika dan Australasia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat. Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan Barat.
Kebudayaan barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengetahuan dan filsafat.
Ada 3 ciri dominan dalam budaya Barat:
Yang pertama adalah “penghargaan terhadap martabat manusia”. Hal ini bias dilihat pada nilai-nilai seperti: demokrasi, institusi sosial, dan kesejahteraan ekonomi. Yang kedua adalah “kebebasan”. Di Barat anak-anak berbicara terbuka di depan orang dewasa, orang-orang berpakaian menurut selera masing-masing, mengemukakan pendapat secara bebas, tidak membedakan status sosial dsb.Yang ketiga adalah “penciptaan dan pemanfaatan teknologi” seperti pesawat jet, satelit, televisi, telepon, listrik, komputer dsb. orang Barat menekankan logika dan ilmu. orang Barat cenderung aktif dan analitis.

2.1.3 Cara budaya barat masuk ke dalam suatu daerah melalui :
·         Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri khas dari budaya tersebut.
  • Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
  • Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman
·         Akibat daerah jajahan
·         Dibawa oleh kaum pendatang
·         Akibat kemajuan teknologi dan komunikasi
·         Kunjungan ke luar negeri
·         Pengaruh media cetak
2.1.4 Reaksi dan sikap budaya lokal
            Dalam realitas perkembangan kemanusiaan dan kemasyarakatan di Indonesia yang dirasakan sekarng, tersembunyi suatu krisis atau guncangan kebudayaan barat yang hebat. Hal ini sudah demikian mengeras sifatnya dan tak terelakkan sehingga bangsa Indonesia ingin memperlihatkan ciri khas budaya-budayanya dan sekaligus memberi corak pergaulan dunia, sebab kebudayaan nilai tidak menghendaki adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pengembangan penalaran yang disertai dengan wajah angkuh, bengis dan kejam. Oleh karena itu, adanya krisis ini menimbulkan kesadaran untuk mempertahankan kembali relevansi nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan Indonesia. Menurut Alfian (1985,36) ada tiga pola atau corak reaksi dalam menghadapi tantangan kebudayaan barat, yaitu :
·    Corak reaksi yang menerima dan merangkul bulat-bulat kebudayaan barat. Corak ini menganggap kebudayaan lokal sudah tidak relevan lagi untuk menghadapi kondisi sekarang, hanya kebudayaan barat yang unggul dan mampu melahirkan manusia yang berkualitas.
·    Corak reaksi yang sama sekali anti kebudayaan barat. Corak ini menganggap kebudayaan barat hanya melahirkan manusia buas dan kejam, dan kebudayaan lokal lebih unggul.
·    Corak reaksi yang berusaha melihat perbenturan kebudayaan lokal dengan budaya barat secara realistik dan kritis. Krisis yang mengguncangkan tidak menyebabkan hilangnya keseimbangan atau hanya memilih salah satu kebudayaan seperti digambarkan dalam pola reaksinya. Corak reaksi ini berusaha mengambil jarak dan menilai secara jujur keunggulan kebudayaan barat dan kelemahan budaya lokal, sekaligus mempertahankan relevansi nilai-nilai kebudayaannya.
Melihat kenyataan yang dihadapi bangsa Indonesia, yang menjadi strategi kebudayaan nasional mungkin hanya corak reaksi ketiga, yaitu usaha mengadakan sintesis antara budaya barat dan nilai budaya lokal, atau perpaduan keduanya secara selektif.
2.1.5 Alasan untuk tetap mempertahankan budaya lokal
  • Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapat di jadikan sebagai aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
  • Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang unik.
  • Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
  • Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata Internasioanal.
  • Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya saling menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya bangsa yang kokoh.
  • Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara. Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa bagi negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan  budaya yang mungkin terjadi.

2.2 Perbedaan dan hubungan kebudayaan lokal dengan kebudayaan  barat
2.2.1 Perbedaan antara kebudayaan lokal dan kebudayaan  barat
            Kebudayaan timur memiliki perbedaan besar dengan kebudayaan barat. Banyak budaya-budaya barat yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh budaya timur, namun kenyataannya banyak orang timur yang mulai terpengaruh oleh budaya barat. Padahal budaya timur jauh berbeda dengan budaya barat. Dari sekilas yang kita tahu ini diantaranya inilah perbedaannya:
·         Dari segi pengetahuan
Budaya Barat menekankan analisis pengetahuan yang kritis dengan mencari unsur sebab akibat dan membangun argumentasi-argumentasi. Hal ini dikarenakan kodrat manusia diletakkan pada akal budinya. Unsur rasionalitas amat ditekankan seperti terlihat pada konsep anima rationale (makhluk berakal budi) dari Aristoteles atau motto cogito ergo sung (aku berpikir, maka aku ada) dari Descartes. Puncak rasionalitas dalam sejarah filsafat Barat terletak pada Hegel dengan filsafatnya yang mengatakan bahwa yang nyata adalah rasional dan yang rasional adalah nyata.
Sedangkan  budaya Timur menekankan pada pengetahuan intuitif yang menyeluruh dan melibatkan unsur-unsur emosi. Yang nyata tidak selalu bisa dijelaskan secara rasional. Ada hal-hal yang tidak dapat dijelaskan akal seperti misteri dan irasionalitas. Kepribadian manusia tidak terletak pada inteleknya, melainkan pada hatinya. Orang tidak menggantungkan diri pada kata, karena tahu betapa terbatasnya kata-kata untuk mengungkapkan sesuatu. Dengan demikian, hidup dapat dihayati secara lebih utuh.
Di dalam budaya Timur ide-ide abstrak tidak sepenting ide-ide konkret, karena tujuan utama belajar bukan mengisi otak dengan pengetahuan tapi menjadi bijaksana. Oleh karena itu, orang Timur tidak tertarik pada pengetahuan intelektual, karena dipercaya bahwa itu tidak mampu membuat hidup seseorang menjadi lebih baik. Di Timur pengetahuan-pengetahuan spesialis tidak berkembang melainkan pengetahuan mengenai bagaimana menjadi manusia, hikmat hidup dan keterlibatan dengan persoalan-persoalan hidup manusia secara konkret. Seorang misionaris Metodis yang terkenal E. Stanley Jones pernah berkata mengenai perbedaan Timur dan Barat. Di Timur orang bertanya-tanya Tuhan mana yang harus dipercaya, namun di Barat orang bertanya-tanya mengapa harus ada Tuhan. Menurut orang Barat agama harus sistematis rasional, sedangkan di  Timur orang beragama untuk menghayati hubungannya dengan Tuhan.
·         Dari segi sikap terhadap alam
Budaya Timur lebih mendorong orang untuk menghayati diri sebagai bagian dari alam dalam kesatuannya dengan alam, sedangkan budaya Barat menghadapi alam sebagai objek yang bisa dikuasai dan dimanfaatkan.
Orang Timur lebih pendiam dan kontemplatif, sedangkan orang Barat aktif dan eksploratif. Orang Timur lebih mencari kekayaan hidup daripada kekayaan materi. Sedangkan di Barat manusia harus menentukan nasibnya sendiri dan percaya pada kemampuannya sendiri dalam memerangi penderitaan, penyakit dan kebodohan. sedangkan di Timur manusia lebih menerima hidup apa adanya dan pasrah.

·         Dari segi Individu
Budaya Barat terbiasa dengan hak-hak individu. Dan cenderung tidak memperdulikan orang lain dan penuh kebebasan. Sedangkan pada Budaya  Timur martabat manusia juga diakui, namun ikatan hubungan dengan orang lain dan kelompok lebih ditekankan. Di Barat orang tidak perduli dengan urusan orang lain, selama orang tersebut  tidak mencampuri kehidupannya. Pada budaya timur terbiasa dengan ikut campurnya keluarga dalam sebuah pernikahan. Menurut orang timur pernikahan tanpa restu orang tua merupakan pernikahan terlarang atau akan berakibat buruk. Selain itu, orang tidak dapat dengan bebas mengungkapkan isi hatinya, karena banyak pembatasan kultural. Kreativitas belum tentu dihargai, terutama kalau itu lain dari yang biasanya. Maka orang Timur lebih mudah malu, pendiam, tidak mau menonjolkan diri dan pasrah. Dapat dikatakan kegotongroyongan dalam lingkungan sosial yang karib membedakan sekali budaya Timur dari budaya Barat. Dalam dunia Barat tidak ada lingkungan karib. Manusia sejati adalah manusia yang bisa mencapai sesuatu bersandarkan kemampuannya sendiri. Dalam budaya Timur orang hidup dalam lingkaran karib, sehingga ia lebih tergantung pada "apa kata orang' dalam komunitas. [2]

2.2.2  Hubungan antara kebudayaan lokal dan kebudayaan  barat
Bila dihubungkan antara budaya timur dan barat maka kedua budaya ini akan saling berkaitan. Datangnya budaya barat ke dalam lingkungan budaya timur menghasilkan banyak perubahan,baik perubahan yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima atau tidak sesuai dengan budaya timur. Kecanggihan teknologi di Negara timur jelas di pengaruhi oleh Negara barat yang terlebih dahulu menciptakan banyak teknologi-teknologi baru. Hal itu tentu dapat diterima dengan baik oleh bangsa timur, karena kecanggihan teknologi merupakan salah satu hal penting dalam kemajuan kehidupan. Namun adanya kecanggihan terknologi juga mendatangkan hal-hal negative bagi bangsa timur. Seperti lunturnya budaya-budaya timur yang cenderung membawa kedalam kebaikan. Semua itu diakibatkan canggihnya teknologi yang akhirnya membawa masyarakat terpengaruh oleh budaya barat.
Budaya barat begitu mudah masuk kedalam bangsa timur dan melunturkan budaya timur yang telah ada. Seperti contoh cara berpakaian, sopan santun para anak muda yang mulai tidak sesuai dengan norma-norma bangsa timur. selanjutnya berdampak kuat dalam menumbuhkan carapandang dan gayahidup barn yang cendenung dmtemukan dan ditiru sebagai model. Perubahan gaya hidup biasanya juga disertai dengan perubahan orientasi pada nilai-nilai budaya, dan bersama itu juga perubahan pada norma-norma perilaku.
Maka dapat digambarkan bahwa salah satu konsekuensi dan terjadinya pertemuan antar-budaya ialah kemungkinan tenjadinya perubahan orientasi pada nilai-nilai yang selanjutnya berpengaruh pada terjadinya perubahan norma-norma peradaban sebagai tolak ukur  perilaku warga masyarakat sebagai satuan budaya. Perubahan orientasi nilai yang berlanjut dengan perubahan norma perilaku itu bisa menjelma dalam wujud pergeseran (shift,), persengketaan (conflict), atau perbenturan (clash). Perubahan dalam wujud yang pertama biasanya tenjadi karena relatif mudahnya adaptasi atau asimilasi antara nilai dan norma lama dengan yang baru dikenal, yang kedua merupakan wujud yang paling sering menggejala dan biasanya memerlukan masa peralihan sebelum dihadapi dengan sikap positif (acceptance) atau negatif (rejection). ada sebagian warga masyarakat yang menerima perubahan yang terjadi pada onientasi nilai dan norma perilaku, tapi ada pula sebagian lainnya yang menolaknya. Lain halnya dengan penubahan yang berwujud perbenturan.  Dalam hal ini mudah timbul berbagai derajat sikap penentangan (rejection).[3]

2.3  Benturan Budaya Lokal dengan Budaya Barat Tidak dapat Dihindari

Benturan budaya tidak terelakkan. Kita tidak dapat menghindari benturan antara budaya lokal dengan budaya barat. Disadari atau tidak, banyak dari antara kita merasakan pengaruh budaya yang tidak berasal dari budaya nasional. Kita lihat pengaruh internet. Facebook, Twitter, Blackberry, handphone, dan berbagai produk dari budaya luar telah mempengaruhi kehidupan kita. Masih ada buku, mass media asing atau interaksi langsung dengan orang Barat. Informasi begitu terbuka dan sulit membendung nilai-nilai dari budaya luar

Negara-negara di Eropa bagian barat memiliki kebudayaan barat dengan konsep ekonomi yang liberal dan kapitalistik. Sebagian besar negara-negara tersebut termasuk dalam Uni-Eropa. Uni Eropa mengatur mengatur kegiatan-kegiatan di berbagai bidang termasuk kerjasama Indonesia dengan Belanda. Uni Eropa didirikan untuk mempersatukan tujuan secara bersama-sama. Kebudyaan barat cenderung pada sifat yang mengedepankan rasionalitas dan kebebasan individual, sedangkan kebudayaan lokal berpegang teguh pada norma-norma dan adat istiadat yang mengikat erar di kalangan masyarakatnya, meskipun di luar rasional pikiran manusia.
Di dalam negeri sendiri budaya lokal telah bersentuhan dengan budaya lokal lainnya. Mahasiswa yang pindah dari satu daerah ke daerah lain atau dari kota yang satu ke kota lain membawa nilai-nilai budaya lokalnya. Mau tidak mau ia harus menghadapi budaya yang ditemui di daerah atau kota yang baru.
Pertemuan antara dua atau beberapa budaya memang tidak dapat menghindari benturan budaya. Akan ada benturan nilai dan sistem kehidupan. Benturan tidak selalu dalam bentuk phisik. Namun, benturan pikiran tidak dapat dihindari, yang bisa berbuntut pada benturan phisik. Akibat yang muncul adalah adanya kebudayaan yang mendominasi dan digunakan oleh masyarakat luas. Budaya yang kuat akan menang pada akhirnya sekalipun itu harus melalui pertarungan yang alot dan waktu yang panjang.
Kita harus berbesar hati menghadapi kenyataan ini dan waspada terhadap nilai-nilai dari budaya luar. Kita perlu menilai budaya-budaya ini; nilai-nilai manakah yang harus diambil dan nilai mana yang harus ditolak. Kita juga harus bersabar bila nilai-nilai dari budaya yang tinggi akan memenangkan pertarungan. Sebab ada kemungkinan kita sendiri akan meninggalkan nilai-nilai budaya lokal dan merangkul nilai-nilai budaya luar yang dianggap lebih baik.
Hadirnya Aula Simfonia Jakarta, Concert Hall yang bertaraf internasional di Kemayoran, Jakarta adalah contoh benturan budaya yang dapat kita lihat. Concert Hall ini sudah menggairahkan dunia seni, khususnya musik klasik. Bangsa kita, khususnya penduduk yang tingggal di Jakarta sekarang bisa menikmati pagelaran musik klasik di Concert Hall setiap bulan. Kita tidak perlu pergi ke luar negeri untuk bisa menikmati keindahan karya-karya klasik seperti karya Johan Sebastian Bach, Mozart, Beethoven, Strauss, Mendellson, dan komposer besar lainnya. Kita tidak dapat menolak keindahan musik-musik klasik itu. Ini menjadi tantangan bagi penggemar musik-musik tradisionil. Minat-minat terhadap musik tradisional bisa semakin menurun di masa-masa mendatang. Seperti yang telah di kemukakan oleh Hutington, bahwa ada enam alasan  mengapa di masa mendatang terjadi benturan antar peradaban. Diantaranya :
·         Perbedaan antara peradaban tidak hanya riil, tetapi juga mendasar
·         Dunia sekarang semakin menyempit. Interaksi antara orang yang berbeda peradaban semakin meningkat
·         Proses modernisasi ekonomi dan sosial dunia membuat orang atau masyarakat tercabut dari identitas lokal mereka yang sudah berakar dalam, disamping memperlemah negara sebagai sumber identitas mereka
·         Tumbuhnya kesadaran peradaban dimungkinkan karena peran ganda barat. Disatu sisi, barat berada dipuncak kekuatan. Dan disisi lain, dan ini mungkin dari akibat posisi barat tersebut, kembalinya ke fenomena asal, sedang berlangsung diantara peradaban-peradaban non-barat
·         Karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dan karena itu kurang bisa berkompromi dibanding karakteristik dan perbedaan politik dan ekonomi
·         Regionalisme ekonomi semakin meningkat

Sekalipun ada benturan budaya, tetapi nilai-nilai budaya yang lebih tinggi makin dikenal. Eksistensi kemanusiaan kita memang dirancang untuk mengagumi hal-hal yang bermutu dan indah. Apresiasi terhadap hal-hal yang baik dan menawan tidak akan tergusur dari diri manusia. Itu sesuatu yang melekat dalam diri kita. Begitu juga dengan nilai-nilai lain seperti bekerja keras, menghargai waktu, bekerja secara rasional dan sitematis dan bekerja efisien yang datang dari budaya luar- ini semua dirindukan oleh masyarakat. Sebaliknya, nilai-nilai ini berbenturan dengan etos kerja yang disodorkan budaya-budaya lokal. Ini memang bisa menggugah hati sanubari kita.

2.4  Dampak masuknya budaya barat terhadap budaya lokal
Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.
2.4.1    Dampak positif yang dapat kita ambil dari kebudayaan barat
a) Kemajuan teknologi mereka (orang-orang barat) yang sudah semakin maju dapat membantu kita memudahkan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari dengan bantuan alat-alat elektronik canggih yang mereka ciptakan.
b) Dalam bidang politik, Negara barat cenderung  menggunakan system demokrasi.  Hal itu menginspirasikan pemerintahan Negara kita untuk mengunakan sitem pemerintahan yang terbuka dan demokratis.
c) Dalam bidang sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir mereka yang baik seperti etos kerja yang tinggi, disiplin dan Iptek dari bangsa barat yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa.
2.4.2 Dampak negatif yang ditimbulkan dari kebudayaan barat diantaranya:
a) Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya orang-orang barat, misalnya trend mode berbusana. Anak muda zaman sekarang lebih suka menggunakan barang-barang eksport dan berbusana yang minim-minim sehingga menyebabkan kurangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
b) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidak pedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
c) pergaulan masyarakat barat yang bebas mulai memengaruhi budaya Indonesia yang sebelumya lebih beradab. Kebebasan yang kelewat batas itu sebenarnya tidak cocok dengan nilai-nilai kebudayaan kita. Misalnya saja free sex yang sekarang ini marak terjadi di Negara kita. Padahal hal itu sangat bertentangan dengan kebudayaan kita yang menjunjung tinggi norma kesusilaan.
d) Kurangnya rasa hormat tehadap orang tua  dan tidak peduli terhadap lingkungan juga merupakan dampak yang ditimbulkan dari kebudayaan barat yang menganut kebebasan sehingga mereka bertindak sesuka hatinya.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dibanding dampak positif  yang dapat  kita peroleh, kita malah lebih banyak mendapatkan dampak negatifnya. Oleh karena itu marilah kita antisipasi dampak negatif yang ditimbulkannya dengan mulai mencintai budaya negara kita sendiri. Toh, budaya tradisional kita juga tak kalah menarik dan bermartabatnya di kalangan dunia. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa. Selain itu, kita juga harus lebih selektif dalam menerima pengaruh dari  kebudayaan barat. Tidak lupa juga, tanamkan ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya agar kita dapat terhindar dari pengaruh negatif yang ditimbulkannya.


2.4 3  Pandangan Kebudayaan Barat Sebagai Pembawa Dampak Negatif
Terdapat beberapa alasan atau rasionalitas  yang menjelaskan mengapa kebudayaan barat dipandang sebagai kebudayaan yang banyak membawa dampak negative terhadap kebudayaan-kebudayaan lain serta orang-orang yang menerima dan terlibat langsung dengan budaya tersebut.
Pertama,[4] Kebudayaan Barat adalah sebuah kebudayaan yang dipromosikan lewat globalisasi. Sebuah kebudayaan yang ternyata bersifat kontradiktif antara unsur kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya beberapa hal sebagai berikut.
 (a). adanya usaha pengeliminiran antar unsur kebudayaan. Kondisi ini dapat dilihat dari peperangan yang terjadi antara keyakinan dengan sains, keyakinan dengan filsafat, keyakinan dengan seni, keyakinan dengan ekonomi, politik dengan moralitas, moralitas dengan ekonomi, dan lain-lain.
(b). adanya usaha untuk mengisolasi unsur kebudayaan yang satu dari unsur kebudayaan lain. Mengisolasi unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain, sebenarnya merupakan konsekuensi dari eklektis-kontradiktifnya kebudayaan Barat – karena unsur-unsur kebudayaannya tidak berhubungan bahkan bertentangan satu sama lain. Usaha untuk mengisolasi ini adalah sebuah hal yang sudah kita ketahui, lewat ungkapan-ungkapan, seperti seni untuk seni (seni murni), sains untuk sains, politik untuk politik, ekonomi untuk ekonomi, dan hukum untuk hukum. Jika ditelusuri, penyebab kondisi tersebut adalah sekularisme. 
(c). Adanya ideologisasi di dalam kebudayaan. Adanya ideologisasi ini, dapat dilihat dari penggunaan akhiran “-isme”. Misalnya, materialisme, idealisme, relativisme, empirisme, rasionalisme, positivisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, liberalisme, feminisme, hedonisme, dan masih banyak yang lainnya. Ideologisasi ini pada dasarnya terjadi karena melihat realitas secara sebelah mata dan akhirnya melakukan reduksi yang menyebabkan masing-masing di dalam masing-masing unsur kebudayaan terdapat banyak ideologi. Liberalisme adalah sebuah ideologi yang liberal mulai dari sisi ontologis hingga etis. Dengan kontradiksi yang dibawanya, maka amatlah riskan jika kebudayaan barat masuk ke Indonesia, apalagi jika para remaja ataupun pemuda kita tidak cukup mampu dalam melakukan filterisasi kebudayaan.
Kedua,[5] ‘kebudayaan’ adalah salah satu alat imperialisme barat di era modern. Hal ini terlihat jelas dari adanya upaya-upaya pengerusakan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan pribumi bangsa-bangsa lain. Hal tersebut dapat dilihat dalam bentuk slogan-slogan menyesatkan, seperti sistim dunia modern dan globalisasi. Dengan alasan bahwa dalam iklim baru dunia saat ini, setiap negara bergerak ke arah kesamaan dan globalisme, negara-negara Barat berusaha menyamakan semua kebudayaan. Akan tetapi peleburan kebudayaan ini, tak lain merupakan upaya untuk memusnahkan ajaran dan keyakinan agama serta identitas-identitas nasional di negara-negara berkembang, dan untuk menegakkan kekuasaan kebudayaan materialis Barat di seluruh dunia. Dengan kata lain, Barat tidak bisa menerima variasi kebudayaan yang ada saat ini di dunia, dan berniat melemahkan, atau memusnahkan kebudayaan-kebudayaan pribumi semua negara dengan berbagai cara.
Diantara bukti terpenting serangan kebudayaan Barat terhadap seluruh kebudayaan dan agama ialah pemusnahan kekuatan mereka dalam menghadapi dominasi politik, ekonomi dan militer negara-negara Barat, terutama AS. Kebudayaan-kebudayaan independen dan agama-agama penentang kezaliman, selalu berperan bagaikan benteng yang kokoh, yang selalu menghasung rakyat untuk menghadapi serangan para imperialis. Sebagaimana dapat disaksikan, dengan mengambil inspirasi dari ajaran agama, terutama agama Islam, atau dalam rangka mempertahankan nilai-nilai nasionalisme, suatu bangsa bangkit menentang kekuatan-kekuatan asing.
Alasan lain usaha Barat untuk membasmi kebudayaan-kebudayaan lain dan ajaran agama ialah watak penjajah mereka. Saat ini liberalisme Barat berperan sebagai alasan dan pendorong politik-politik permusuhan Barat terhadap bangsa-bangsa lain. Meluasnya berbagai macam idiologi seperti materialisme, individualisme, freesex, dan berbagai macam lainnya di Barat, telah menyebabkan mereka tidak lagi berpikir sehat dalam berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, tapi mereka berusaha menguasai, memaksakan kebudayaan mereka dan menyingkirkan kebudayaan-kebudayaan lain. Terutama sekali bahwa idelogi liberalisme Barat, menyebarkan pandangan materialisme dan atheisme, yang jelas bertentangan dengan agama dan kebudayaan asli berbagai bangsa.
Media-media massa Barat menyebut nilai-nilai manusiawi dan agama serta kebudayaan Timur sebagai penyebab kemunduran dan berlawanan dengan kemajuan. Sebaliknya, liberalisme Barat mereka unggulkan sebagai idiologi moderen dan menyebutnya sebagai batas akhir perjalanan sejarah. Hal ini disampaikan oleh Francis Fukuyama, pemikir AS di awal dekade 1990.
Teori Benturan Peradaban yang dipaparkan oleh Samuel Huntington, pemikir lain dari AS, menunjukkan bahwa para ahli teori Barat, dalam rangka menyukseskan dan memaksakan pandangan-pandangan mereka, mencanangkan perang antara peradaban dan kebudayaan Barat melawan peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa lain. Berbagai media massa Barat pun melancarkan propaganda luas terus menerus, menyerang nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan nasionalisme, seperti perlawanan menentang penjajahan, perjuangan menegakkan keadilan, perdamaian dan sebagainya. Serangan propaganda ini dilakukan dengan metode-metode yang sangat halus, sehingga tidak terasa oleh masyarakat pada umumnya. Media-media ini, dalam berbagai filem, berita dan laporan, secara tidak langsung, menyerang dan melecehkan kebudayaan dan peradaban bangsa-bangsa lain. Pelecehan terhadap kesucian-kesucian agama dan kehormatan nasional, termasuk diantara metode lain yang digunakan oleh media-media Barat, dengan tujuan merendahkan kesucian-kesucian tersebut dalam pandangan masyarakat umum.
Serangan terhadap kebudayaan negara-negara berkembang melalui jaringan global internet dan permainan-permainan komputer, juga banyak dilakukan. Bahkan lambang dan simbol-simbol di pakaian dan peralatan-peralatan hidup, iklan-iklan perdagangan dan hal-hal lain yang dikemas untuk menggambarkan kesejahteraan dan kemewahan, juga dimanfaatkan sebagai cara untuk menyebarluaskan kebudayaan Barat dan mengikis keyakinan-keyakinan agama dan nasionalisme bangsa lain. Dalam proses propaganda ini, masalah hubungan seks ilegal dan dekadensi moral, mendapat tempat istimewa. Karena para pengelola media-media tersebut mengetahui dengan baik bahwa agama-agama dan adat istiadat Timur menentang kebebasan seks dan amoralisme. Untuk itu menyebarnya budaya negatif seperti ini di dunia Timur, akan melemahkan negara-negara di kawasan ini.
Dalam masalah ini, serangan-serangan kebudayaan Barat, menjadikan generasi muda sebagai sasaran utamanya. Menampilkan pahlawan-pahlawan palsu sebagai teladan, merupakan metode lain media massa Barat untuk menyerang kebudayaan bangsa lain. Setiap bangsa berbudaya, pasti memiliki pahlawan-pahlawan tersendiri di dalam sejarah mereka. Sementara pahlawan-pahlawan yang dibuat oleh media Barat adalah pahlawan-pahlawan palsu, tidak langgeng, bahkan sebagian besarnya membawa watak-watak negatif, seperti suka kekerasan, pengumbar hawa nafsu seksual dan sebagainya. Jika kalangan remaja dan pemuda suatu bangsa telah menerima pahlawan-pahlawan palsu itu sebagai teladan dan model mereka, berarti mereka telah terjatuh ke perangkap musuh dan akan ikut membantu mereka memusnahkan kebudayaan pribumi dan menyebarkan nilai-nilai destruktif di tengah masyarakat.
Konsumerisme termasuk fenomena lain yang menjadi dasar kebudayaan Barat saat ini. Sementara di Timur, penghematan, konsumsi dengan cara yang benar dan seimbang, dipandang sebagai nilai positif. Akan tetapi media-media super power Barat, dengan menggunakan berbagai fasilitasnya, berusaha menanamkan watak konsumerisme seluas mungkin di tengah masyarakat Timur. Terutama sekali, yang demikian itu sangat diperlukan oleh para investor Barat, untuk menjual produk-produk mereka. Untuk menyukseskan tujuan mereka ini, mereka bekerjasama dengan para pengelola media massa. Dengan kata lain, media-media massa Barat terus menerus mempropagandakan kepada masyarakat di negara-negara berkembang, janji untuk memenuhi tuntutan materi mereka dan berusaha meyakinkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan setiap orang ialah dengan mengikuti gaya hidup Barat, dan mengonsumsi sebanyak mungkin produk-produk mereka.
Pada akhirnya, untuk memaksakan kebudayaannya, negara-negara Barat juga menggunakan tekanan-tekanan politik, ekonomi dan militer, sehingga saat ini tidak kurang dari masyarakat dunia ketiga yang berpikir bahwa jika mereka tidak mau menerima kebudayaan dan ajaran liberalisme Barat, jelasnya yang datang dari AS, maka bisa jadi mereka bakal menghadapi dampak-dampak negatif yang berat. Propaganda luas dan berfariasi oleh berbagai media massa Barat untuk menyingkirkan semangat nasionalisme dan keyakinan agama, telah disusun sedemikian rupa sehingga telah merampas kesempatan berpikir dan mengambil keputusan yang benar untuk memilih jalan yang lurus dan logis. Dalam ikilm yang dijejali dengan propaganda menyesatkan, disertai dengan rasa takut dan putus asa, hanya manusia-manusia yang memiliki tekad, berpandangan luas dan berpikiran bebas, akan mampu menolak dan menahan serangan-serangan kebudayaan Barat.

Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu. Masalahnya kearifan local tersebut seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari-cari jati dirinya dari tinggalan sejarah dan warisan budayanya yang sedikit jumlahnya. Kita sendiri, bangsa Indonesia, yang kaya dengan warisan budaya justru mengabaikan asset yang tidak ternilai tersebut. Sungguh kondisi yang kontradiktif.
Kita sebagai bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga kaya dengan keanekaragaman budaya lokal seharusnya mati-matian melestarikan warisan budaya yang sampai kepada kita. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak mungkin punah. Melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Jadi upaya pelestarian warisan budaya lokal berarti upaya memelihara warisan budaya lokal untuk waktu yang sangat lama. Oleh karena itu maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan (sustainable).
Jadi bukan pelestarian yang hanya mode sesaat, berbasis proyek, berbasis donor dan elitis (tanpa akar yang kuat di masyarakat). Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyatadari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam seminar para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang kaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas (Hadiwinoto, 2002: 30).
Singkat kata pelestarian akan dapat sustainable jika berbasis pada kekuatan dalam, kekuatan lokal, kekuatan swadaya. Karenanya sangat diperlukan penggerak, pemerhati, pecinta dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat. Untuk itu perlu ditumbuh kembangkan motivasi yang kuat untuk ikut tergerak berpartisipasi melaksanakan pelestarian, antara lain:
1. Motivasi untuk menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan budaya yang diwarisinya dari generasi sebelumnya;
2. Motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi penerus
bangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa ke masa melalui
pewarisan khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat,
dikenang dan dihayati;
3. Motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan
budaya;
4. Motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya local akan meningkat bila
terpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersial untuk meningkatkan kesejahteraan pengampunya; dan
5. Motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari
jatidiri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat menumbuhkembangkan
rasa kebanggaan, harga diri dan percaya diri yang kuat.
Dari penjelasan diatas dapat diketahi bahwa pelestarian budaya lokal juga mempunyai muatan ideologis yaitu sebagai gerakan untuk mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan identitas (Lewis, 1983: 4), dan juga sebagai penumbuh kepedulian masyarakat untuk mendorong munculnya rasa memiliki masa lalu yang sama diantara anggota komunitas. (Smith, 1996: 68).

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari Penulisan Makalah ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan lokal Indonesia adalah kebudayaan yang hanya dimiliki oleh bangsa indonesia dan setiap kebudayaan mempunyai ciri khas masing – masing. Bangsa indonesia juga sangat mempunyai kebudayaan lokal yang sangat kaya dan beraneka ragam oleh sebab itu sebagai penerus kita wajib menjaganya karena ketahanan kebudayaan lokal berada pada generasi mudanya dan jangan sampai kita terbuai apalagi terjerumus pada budaya asing karena tidak semua budaya asing sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia bahkan tidak sedikit kebudayaan barat membawa dampak negatif.
Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan Masyarakat kita sebagai bangsa indonesia yang memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peranan budaya lokal kita ini dalam memperkokoh ketahanan Budaya Bangsa. Padahal sesungguhnya Budaya Lokal yang kita miliki ini dapat menjadikan kita lebih bernilai dibandingkan bangsa lain karena betapa berharganya nilai – nilai budaya lokal yang ada di negara ini. Untuk itu seharusnya kita bisa lebih tanggap dan peduli lagi terhadap semua kebudayaan yang ada di indonesia ini. Selain itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.Agar budaya kita tetap terjaga dan tidak diambil oleh bangsa lain. Karena kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya itu dan tidak pula dimiliki oleh bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu kita.







DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan: Jakarta
Alfian (editor), persepsi masyarakat tentang kebudayaan, penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1986, hal. 99-107
Soelaeman, M. Munandar, 2010. Ilmu budaya dasar, PT Revika Aditama, Bandung



http://aprillins.com/2009/481/pengaruh-kebudayaan-barat-terhadap-kebudayaan-indonesia/








[1] http://rikipridana24.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan.html
[2] Cassirer, E. “An essay on man; an introduction to a philosophy of human culture”, New Haven and London, Yale University Press, 1944, renewed 1972.
[3] Huntington, S. “The clash of civilizations and the remaking of world order”
(Simon & Schuster, New York, 1966.)
[4] http://empiris-homepage.blogspot.com/2008/02/kebudayaan-barat-sebuah-tinjauan-kritis.html
[5] http://Sumber: indonesian.irib.ir
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

VISITOR

clustrmap

Lencana Facebook

translate

JOIN TO FOLLOW

Labels

Blog Archive

Recent Posts