PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN TULUNGAGUNG
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN TENGAH
SEMESTER MATA KULIAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
Dosen Pengampu :
ZAIM MUKAFFI,SE.,M.Si
Disusun oleh :
MOHAMAD BASTOMI
(11510131)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat, taufik serta hidayahnya
kami masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyusun makalah dengan judul “PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TULUNGAGUNG” guna memenuhi
tugas ujian tengah semester lima.
Tersusunnya
makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada:
- Bapak
Zaim Mukaffi.,SE.,M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah PEREKONOMIAN INDONESIA
yang memberikan arahan dan masukan dalam makalah ini.
- Serta
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini yang
tidak mingkin kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuran. Demi tercapainya suau kesempurnaan kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Demikaian hal yang dapat kami sampaikan, kami
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Malang, 26 Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
wilayah mempunyai potensi untuk dapat tumbuh dan berkembang. Perkembangan suatu
wilayah menjadi pusat pertumbuhan terjadi karena beberapa faktor. Tingkat
pertumbuhan ekonomi harus lebih besar dari pada laju pertumbuhan penduduk, agar
peningkatan pendapatan perkapita dapat tercapai (Tambunan, 2006b). Perkembangan
wilayah diawali dengan munculnya pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan akan
mendorong perkembangan wilayah sekitarnya. Pusat pertumbuhan yang muncul di
suatu wilayah dipengaruhi oleh karakteristik wilayahnya.
Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar, ditambah lagi dengan
kenyataan bahwa pada awal pemgangunan
(awal era Soeharto) proporsi dari jumlah penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan masih sangat banyak,
pertumbuhan ekonomi sangat penting sebagai prioritas pembangunan jangka pendek.
Dari
sisi permintaan agregat, perubahan atau yang dimaksud dengan “pendalaman”
struktur ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan pendapatan. Pada
sisi penawaran agregat, faktor-faktor pendorong utama adalah perubahan/kemajuan
teknologi, peningkatan kualitas SDM, dan penemuan material-material baru untuk
produksi.faktor-faktor dari sisi suplai (produksi) ini juga merupakan sumber penting
pertumbuhan. Jadi, secara hipotesis dapat diduga adanya suatu korelasi positif
antara pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan
pembanguanan ekonomi. Jadi akan ada pertumbuhan ekonomi jika ada pembangunan
ekonomi dimana pembangunan ekonomi itu mengakibatkan perubahan-perubahan pada
sektor ekonomi. Pendirian industri-industri baru dan meningkatnya kegiatan
ekspor dan impor akan membawa perubahan dalam sektor industri dan sektor perdagangan.
Sektor pertanian juga akan berubah melalui pembangunan di bidang sarana dan
prasarana, seperti penambahan ruasa jalan.
Perubahan-perubahan
pada berbagai sektor ekonomi tersebut akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan
ekonomi, yang ditandai dengan naiknya produksi nasional, pendapatan nasional,
dan pendapatan perkapita. Situasi semacam itu akan berlangsung secara
terus-menerus, dan pada
gilirannya perubahan tersebut menjadi faktor pemicu pertumbuhan ekonomi.
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimana
cara memajukan dan menyejahterakan masyarakat? Salah satu caranya adalah dengan
menumbuhkan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dewasa ini sudah
menjadi salah satu tolok ukur kemajuan sebuah daerah tersebut.
Perumusan
masalah yang digunakan adalah:
1. Sebenarnya
apa dan bagaimana seluk-beluk pertumbuhan ekonomi ?
2. Bagaimana
analisis pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten Tulungagung hingga periode 2012 ?
1.3 Tujuan
Tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
definisi dan teori-teori pertumbuhan ekonomi.
2. Mengetahui
pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten Tulungagung sampai periode 2012.
3. Mengetahui
keunggulan dan kekurangan dari pertumbuhan Kabupaten Tulungagung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ( Economic
Growth ) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi
barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
Menurut Sadono Sukirno
(1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda,
yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus
menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan
ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat
indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Indikator
yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi:
· Tingkat
Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
· Tingkat
Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)
Dalam
praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer dipakai adalah PDB,
karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas pada negara yang
bersangkutan.
Sumber Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDPriil per kapita. Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total
sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang
diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang
berlokasi di dalam sebuah negara. Kenaikan GDP
dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja Penawaran
tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika
stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan
kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal
fisik atau sumber daya manusia Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika
tidak disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik
produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang
bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari
pertumbuhan ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi
lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan
ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326).
2.2 Faktor-faktor
Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan
pusat pertumbuhan di suatu wilayah ditentukan oleh faktor-faktor sebagai
berikut.
a. Sumber Daya
Alam
Daerah
yang mempunyai kekayaan sumber daya alam berpotensi menjadi pusat pertumbuhan.
Sebagai contoh, penambangan bahan tambang yang bernilai ekonomi tinggi di suatu
wilayah merangsang kegiatan ekonomi, memberikan kesempatan kerja, dan
meningkatkan pendapatan daerah serta berpengaruh terhadap munculnya kegiatan
ekonomi penunjang.
b. Sumber Daya
Manusia
Sumber
daya manusia sangat berperan dalam pembentukan pusat pertumbuhan di suatu
wilayah. Tenaga kerja yang ahli, terampil, andal, kapabel, dan profesional
dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam. Pusat pertumbuhan akan berkembang
dan pembangunan berjalan lancar apabila tersedia sumber daya manusia yang
andal.
c. Kondisi
Fisiografi/Lokasi
Kondisi
fisiografi/lokasi memengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan. Lokasi yang
strategis memudahkan transportasi dan angkutan barang, sehingga pusat
pertumbuhan berkembang cepat. Sebagai contoh, daerah dataran rendah yang
berelief rata memungkinkan pusat pertumbuhan berkembang lebih cepat dibanding
daerah pedalaman yang berelief kasar atau berpegunungan.
d. Fasilitas
Penunjang
Pusat
pertumbuhan akan lebih berkembang apabila didukung oleh fasilitas penunjang
yang memadai. Beberapa fasilitas penunjang antara lain jalan, jaringan listrik,
jaringan telepon, pelabuhan laut dan udara, fasilitas air bersih, penyediaan
bahan bakar, serta prasarana kebersihan.
2.3 Manfaat
Pertumbuhan Ekonomi
Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara
lain sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita
dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga
produktivitasnya.
2. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk
perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari
oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.
Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumbur daya (tenaga kerja dan modal). (Dornbuch, R dan Fischer, S, 1986; 234).
Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumbur daya (tenaga kerja dan modal). (Dornbuch, R dan Fischer, S, 1986; 234).
2.4 Teori-teori
Pertumbuhan Ekonomi
I. Teori
klasik : menekankan tentang pentingnya factor-fator
produksi dalam menaikkan pendapatan nasional dan mewujudkan pertumbuhan. Akan
tetapi yang terutama diperhatikan ahli ekonomi klasik adalah peranan tenaga
kerja. Menurut mereka tenaga kerja yang berlebihan akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi
II. Teori Neo-Keynesian (Harrod-Domar) :
menekankan peranan investasi sebagai faktor yang menimbulkan pertambahan
pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya menekankan peranan segi permintaan
dakam mewujudkan pertumbuhan.
III. Teori Neo-Klasik : didasarkan pada kritik atas kelemahan-kelemahan
atau penyempurnaan terhadap pandangan/asumsi dari teori yang dibahas di atas.
IV. Teori Modern : menekankan pada pentingnya pengaruh dari progres teknologi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam teori modern ini, faktor-faktor produksi
yang krusial tidak hanya banyaknya tenaga kerja dan modal, tetapi juga kualitas
SDM dan kemajuan teknologi, energi, kewirausahaan, bahan baku, dan material.
2.5 Perhitungan
Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur dengan
menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).Berikut ini
adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2007):
Ket: G = Laju pertumbuhan ekonomi
PDRB1 = PDRB ADHK pada suatu tahun
PDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya
PDRB1 = PDRB ADHK pada suatu tahun
PDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya
PDRB juga dapat digunakan dalam melihat
struktur ekonomi dari suatu wilayah. Struktur ekonomi digunakan untuk
menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang
dominan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan akan
menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Struktur ekonomi merupakan rasio
antara PDRB suatu sektor ekonomi pada suatu tahun dengan total PDRB tahun yang
sama. Strukturekonomi dinyatakan dalam persentase. Penghitungan struktur
ekonomi adalah sebagai berikut:
Dimana:
PDRB sektor it = nilai PDRB sektor i pada tahun t
Total PDRBt = nilai total PDRB pada tahun t
PDRB sektor it = nilai PDRB sektor i pada tahun t
Total PDRBt = nilai total PDRB pada tahun t
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tulungagung
Pada
tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung sebesar 4,73 persen.
Pertumbuhan terdorong oleh tumbuhnya sektor industri yang mempunyai pertumbuhan
sebesar 5,29 persen, yang pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 4,92 persen.
Untuk sektor perdagangan, pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 6,14
persen, yang berarti mengalami kenaikan dibanding tahun 2003 yang tumbuh
sebesar 5,62 persen. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Tulungagung Tahun 2004 sebesar 5,03 persen.
Pada
tahun 2005 pertumbuhannya sebesar 5,13 persen, dengan penyumbang terbesar di
sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 12,49 persen. Pada tahun 2006
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung sebesar 5,48 persen. Pertumbuhan ini
terdorong antara lain oleh pertumbuhan di sector industri pengolahan sebesar
5,66 persen, sektor bangunan sebesar 3,15 persen, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 9,67 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 5,12 persen.
Sedangkan untuk tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung sebesar
5,75 persen, dengan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar adalah sektor
listrik, gas dan air bersih sebesar 10,20 persen. Sedangkan kalau dilihat mulai
tahun 2003 – 2007, ternyata sektor yang mempunyai pertumbuhan tertinggi adalah
sektor listrik, gas dan air bersih yang selalu diatas level 10 persen. Hal ini
disebabkan sektor listrik, gas dan air bersih.
Berdasarkan
data, tahun 2010, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,48% naik menjadi 6,73 ditahun
2011. Kemudian pada tahun 2012 naik menjadi 6,98% . Dilihat
dari PDRB per kapita tahun 2011 sebesar Rp. 19,11 juta dan mengalami kenaikan
di tahun 2012 sebesar Rp 21,42 juta.
Hal
ini terbukti dari jumlah penduduk yang bekerja, jumlahnya 528.123 orang terbagi
di sektor pertanian sebanyak 216.255 orang (40,95%) sementara di PHR (
perdagangan, hotel dan restoran ) sebanyak 112.628 orang (21,33%). Sementara
angkatan kerja di Sektor IP sebanyak 81.110 orang (15,36%).
Untuk
memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi, Pemkab Tulungagung harus memperhatikan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada 2011 IPM Tulungagung sebesar 73,76%
sedangkan tahun 2012 sebesar 74,09%.
3.2 Masalah
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tulungagung
Dampak
krisis moneter yang terjadi pada tahun 2007 telah membawa sebagian besar masyarakat
pada kondisi kehidupan sosial ekonomi yang makin memprihatinkan, hal ini
ditandai dengan meningkatnya pengangguran, harga barang meningkat dan daya beli
rendah.
Dalam
kondisi yang demikian pemerintah melalui kebijakan anggaran negara memberikan
perlindungan dan memulihkan kondisi sosial ekonomi masyarakat terutama
masyarakat berpenghasilan rendah. Kebijakan dimaksud dengan mengarahkan alokasi
belanja rutin yang ditujukan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah
kepada masyarakat, sedangkan pengeluaran pembangunan diarahkan pada program
proyek prasarana sosial dan program pemulihan kegiatan perekonomian nasional.
Saat ini, Kabupaten Tulungagung mencoba menerapkan e-goverment
untuk menunjang terwujudnya good governance. Usaha tersebut diharapkan
mampu menunjang pelayanan administrasi terhadap rakyat tulungagung, sehingga
perputaran roda ekonomi dapat terus meningkat. Mencermati
hasil penelitian tentang kesiapan birokrat dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tulungagung terhadap kebijakan e-government, terdeskripsikan
adanya berbagai hambatan berupa keterbatasan infrastruktur, legalitas
formal, sumberdaya manusia, anggaran dan kultur. Hal ini menunjukkan kekurang siapan
Pemerintah Kabupaten Tulungagung terhadap kebijakan egovernment sebagaimana
yang diharapkan dalam Inpres No. 3 Tahun 2003. (Kasianto, 2013 Kebijakan Sistem Pemerintahan E-Goverment di Kabupaten Tulungagung; 14).
Perekonomian
Kabupaten Tulungagung mengalami peningkatan angka pertumbuhan dari tahun ke
tahun. Hal ini didukung oleh upaya mempertahankan lahan pertanian, pengelolaan
sektor-sektor andalan secara optimal dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Ditandai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meningkat, sehingga
Kabupaten Tuluangagung dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik. Demikian
diungkapkan Kepala Bappeda Kabupaten Tulungagung Subardjo dalam forum Rapat
Koordinasi Kelompok Kerja Teknis BKPRN di Jakarta
3.3. Sektor
Ekonomi Kabupaten Tulungagung
·
Perikanan
Tulungagung merupakan sebuah wilayah
yang cocok untuk sektor perikanan. Hal ini terbukti dari sebagian besar wilayah
Kabupaten Tulungagung yang berhasil memproduksi berbagai macam jenis ikan. Dari
data yang ada, produksi ikan terbesar adalah ikan lele, ikan gurami, ikan patin
dan ikan hias.
Salah satu desa yang berhasil
mengembangkan bidang perikanan sebagai sumber penghasilan adalah Desa
Gondosuli, salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Desa yang semula dikenal sebagai salah satu produsen
tembakau ini telah berubah menjadi desa perikanan, khususnya sentra budidaya
lele.
Kolam-kolam
lele tersebar di lahan seluas 11,03 ha yang diusahakan oleh 92 rumah tangga
perikanan budidaya. Dengan jumlah kolam yang relatif banyak dan kemampuan
manajerial produksi yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok pembudidaya
ikan, panen lele dapat berlangsung setiap hari. Tidak kurang dari 18 ton per
hari, produksi lele dari Desa Gondosuli dipanen untuk memenuhi pasar Tulungagung
dan daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kegairahan
ekonomi Desa Gondosuli dengan budidaya lelenya tidak hanya ditunjukkan oleh
kemampuan produksi budidaya. Sistem kerja sama budidaya yang dikembangkan
dengan cara bagi hasil telah membantu banyak masyarakat yang memiliki lahan
tetapi tidak memiliki modal uang. Demikian juga kegiatan pengolahan hasil
perikanan, saat ini sekitar 20 unit pengolahan ikan mulai berkembang di Desa
Gondosuli, para pekerja pengolahan yang sebagian besar adalah kaum wanita
memproduksi berbagai olahan ikan berbahan baku lele, baik yang sederhana
seperti ikan asap dan rambak kulit ikan maupun produk inovatif seperti fish
stick dan abon ikan.
Melihat potensi
perekonomian dalam bidang perikanan di desa Gondosuli bisa terus tumbuh, maka
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Tulungagung berminat untuk
menjadikan desa tersebut sebagai desa monopolitan untuk mendukung terlaksananya
model pembangunan.
Selain
DKP Kabupaten Tulungagung, Dinas Perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur
juga menjanjikan pelatihan pakan alternative dan bantuan mesin pembuat pakan
ikan untuk mengatasi kendala biaya pakan pabrikan . Hal ini dikarenakan biaya
pakan pabrikan dalam budidaya lele mencapai lebih dari 70% dari biaya produksi.
·
Sektor Pertanian
Dumairy (1996;204) mengatakan bahwa pertanian merupakan
basis perekonomian Indonesia. . mayoritas penduduk Indonesia, yang sebagian
tinggal di daerah perdesaan, hingga saat ini masih menyandarkan mata
pencahariannya pada sektor pertanian. Pertanian
merupakan sektor utama dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Tulungagung,
mengingat Kabupaten Tulungagung merupakan daerah agraris. Selain kontribusinya
dalam Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ), peranan sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi sangat luas, diantaranya sebagai sektor penyerap tenaga
kerja terbesar, sebagai penghasil makanan penduduk dan sebagai penentu
stabilitas harga. Dengan memperhatikan potensi, peluang, prospek pengembangan
dan teknologi yang tersedia serta untuk memenuhi berbagai permintaan
masyarakat, maka sasaran Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Tulungagung adalah :
1.Tercapainya sasaran produksi
pangan padi, jagung, dan kedelai guna mendukung ketahanan dan ketersediaan
pangan nasional.
2.Mantapnya dan meningkatnya produksi
pangan selain padi, jagung dan kedelai untuk mantapnya keamanan pangan dan
cukupnya gizi masyarakat.
3.Meningkatnya produksi yang berdaya
guna tinggi untuk tercukupinya pasar domestik dan eksport.
4.Meluasnya lapangan kerja dengan
produktivitas tinggi dan kesempatan berusaha produktif.
5.Meningkatnya kemandirian petani
melalui pemberdayaan kelembagaan tanaman dan holtikultura.
6.Meningkatnya pendapatan masyarakat
petani melalui peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan hasil nilai
tambah.
7.Tersedianya bahan baku tanaman
pangan dan holtikultura untuk mendukung industri pengolahan.
8.Berkembangnya usaha-usaha yang
ramah lingkungan.
Strategi
peningkatan produksi pangan di Kabupaten Tulungagung ditempuh melalui :
1. Pengembangan sarana dan prasarana
seperti irigasi, tata guna air, jalan usaha tani, dan lain-lain.
2. Peningkatan produktivitas.
3. Perluasan Areal Tanam ( PAT ).
4. Pengamanan produksi untuk
mengatasi gangguan OPT serta anomali iklim dan penanganan kehilangan hasil
akibat penanganan penen dan pasca panen yang tidak tepat.
5. Pengolahan dan pemasaran hasil.
6. Penguatan Kelembagaan.
Dalam
pelaksanaan pembangunan pertanian tanaman pangan muncul beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Menurunnya kapasitas lahan akibat
lahan - lahan pertanian semakin marjinal.
2. Terjadinya alih lahan pertanian
ke komoditas.
3. Adanya alih fungsi lahan dari
pertanian ke non pertanian.
4. Tingkat ketersediaan air yang
tidak merata.
5. Relatif masih rendah SDM manusia
di bidang pertanian.
6. Terbatasnya modal pertanian biaya
produksi.
Desa Gondang, salah satu desa di
Kabupaten Tulungagung telah berhasil meminimalisir akan kendala yang muncul
dalam bidang pertanian, seperti beberpa poin di atas. Berasal dari kata vertical dan culture, teknik budidaya
tanaman secara vertikulture di definisikan sebagai sistem budidaya pertanian
yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik dilakukan di luar ruangan
ataupun di dalam ruangan. Sistem tanam ini memungkinkan kita menanam berbagai
macam tanaman seperti sayuran dan tanaman hias secara bertingkat hanya dengan
menggunakan sebatang paralon, drum bekas ataupun bambu. Tidak perlu tempat yang
luas. Teknik ini sangat cocok diterapkan di daerah perkotaan terutama bagi
mereka yang tinggal di perumahan ataupun apartemen.
·
Sektor Peternakan
Kebijaksanaan
pembangunan peternakan di Kabupaten Tulungagung diarahkan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak, meningkatkan kesehatan ternak dan meningkatkan
pengolahan pasca panen produk hasil ternak yang mampu memantapkan ketahanan
pangan dan gizi dengan mengembangkan atau menggunakan secara optimal potensi
wilayah masing masing sesuai komoditas
yang tersedia.
Topografi
Kabupaten Tulungagung serta wilayahnya memungkinkan kelangsungan usaha
peternakan. Kondisi tanah dan agroklimat di wilayah pegunungan (Sendang,
Pagerwojo, Rejotangan) sangat mendukung pertumbuhan berbagai jenis rumput,
sehingga cocok untuk pemeliharaan sapi potong, sapi perah, dan kambing / domba.
Sedangkan wilayah kapur di bagian selatan Kabupaten Tulungagung, para petani
mengalami kendala kekeringan dalam budidaya rumput unggul. Oleh karena itu
pengembangan peternakan di wilayah kapur harus memperhitungkan alternative
teknologi pakan yang tidak tergantung pada hijauan. Pemahaman masyarakat selama
ini terhadap budidaya peternakan ruminansia (sapi, domba / kambing)
selalu dikaitkan dengan keharusan penyediaan pakan hijauan. Atas dasar pola
pikir yang demikian, maka pengembangan peternakan terhambat hanya karena
pembatasannya, ketergantungannya terhadap pakan hijauan. Teknologi pakan
alternatif yang sekarang berkembang yakni dengan Complete Feed (pakan dengan
kandungan gizi lengkap), maka ketergantungan ternak terhadap pakan hijauan
mampu teratasi.
Mendorong
peran serta dan swadaya masyarakat melalui kelompok peternak menuju usaha
koperasi dan peran serta dalam pembangunan sub sector peternakan. Untuk
mewujudkan hal tersebut di atas maka pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi perlu diintensifkan antara lain untuk meningkatkan
jumlah populasi dan mutu ternak, mutu daging, telur, susu dan hasil ternak
lainnya yang didukung oleh penyediaan pakan, pemeliharaan veterinary disertai permodalan, penyuluhan dan penyediaan sarana dan
prasarana usah peternakan. Populasi ternak di Kabupaten tulungagung baik ternak
besar, kecil dan unggas sampai tahun 2003 masih didominasi oleh ayam ras 1.
237. 080 ekor dan ayam buras / kampung sebesar 1. 389.165 ekor.
·
Sektor Perdagangan
A. Bentuk dan
Jenis Usaha Perdagangan
Berdasarkan bentuk usaha, perdaganan di Kabupaten
Tulungagung yang terbesar bentuk usahanya adalah perorangan yaitu sebesar 6.463
usaha, yang kedua CV sebesar 846 usaha, dan yang ketiga koperasi yaitu sebesar
235 usaha. Sedangkan menurut golongan, usaha dibedakan
menjadi perdagangan besar, menengah, dan kecil yang masing-masing mengalami
kenaikan sebesar 20,83 persen, 5,78 persen, dan 11,95 persen dibanding dengan
tahun 2004.
B. Ekspor
Dalam
upaya mengembangkan ekspor di Kabupaten Tulungagung masih ada kendala yang
dihadapi yaitu masih lemahnya daya saing produk ekspor karena belum sesuai
dengan mutu internasional. Nilai ekspor Kabupaten Tulungagung pada tahun 2005
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 50,14 persen, yaitu
dari Rp. 6.451.107.000,00 pada tahun 2004 menjadi Rp. 3.216.319.000,00 pada
tahun 2005.
Ekspor
terbesar dilakukan oleh perusahaan PT Dwi Tunggal Marmer Indah yang memproduksi
marmer dengan tujuan negara Korea, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat
dengan nilai ekspor sebesar 57 persen dari total nilai ekspor. Kerajinan marmer
ini juga merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Tulungagung.
Perindustrian dan Perdagangan telah mengadakan kegiatan
pelatihan Ekspor dan Impor dengan tujuan
meningkatkan kualitas SDM para pengrajin kerajinan batu, konveksi, makanan dan bambu. Dengan pelatihan tersebut, diharapkan muncul kesempatan bagi para
pengrajin untuk melebarkan pasar hingga ke luar negeri. Dalam pelatihan tersebut permasalahan utama yang
dihadapi peserta adalah belum menguasai bahasa, budaya, dan peraturan atau
perundang-undangan dari calon pembeli luar negeri.
·
Sektor Industri
A.
Industri
Pengolahan
Berdasarkan
data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Tulungagung perusahaan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga
(IKKR) tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen dengan jumlah industri
yang terbanyak pada kelompok barang kayu dan hasil hutan lainnya yaitu sebanyak
3.011 unit, industri ini banyak terdapat di Gondang, Sumbergempol dan Ngunut
dengan jumlah industri masing-masing 1.419 unit, 504 unit dan 299 unit. Seiring
dengan bertambahnya jumlah industri kecil dan rumah tangga diikuti juga dengan
kenaikan jumlah tenaga kerja, mengalami kenaikan sebesar 1,01 persen dibanding
dengan tahun sebelumnya. Sedangkan tenaga kerja banyak yang terserap pada
industry tekstil, barang kulit dan alas kaki yaitu sebanyak 8.304 tenaga kerja.
Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan
berkembang berbagai industri kecil dan menengah yang kebanyakan memproduksi
alat-alat/perkakas rumah tangga. Seperti batik dan konveksinya, bordir Garmen,
busana muslim, sprei, sarung bantal, rukuh dan sebagainya. Di Kecamatan Ngunut
terdapat industri peralatan TNI dengan standart NATO seperti tas ransel, sabuk,
dan lainnya. Begitu juga makanan ringan
seperti kacang atom dan lain-lain.
Saat ini Tulungagung memiliki 2 PLTA
yaitu PLTA Tulungagung di desa Sidem Kecamatan Besuki dan PLTA Wonorejo di desa
Wonorejo Kecamatan Pagerwojo yang keduanya di kelola oleh Unit Pembangkitan Brantas
PT. Pembangkitan Jawa Bali. Sumber tenaga listrik
sangat diperlukan untuk mengembangkan sebuah kawasan industri terpadu. Dengan
memiliki 2 PLTA ini sebenarnya sangat dimungkinkan untuk mendirikan sebuah
kawasan industri terpadu di kabupaten Tulungagung.
Pendirian Kawasan Industri ini sebaiknya juga tidak
mengorbankan area pertanian yang sudah ada, namun dengan memanfaatkan lahan
lain yang masih belum terkelola dengan baik. Tata kelola yang baik akan
menentukan keberhasilan kawasan industri terpadu. Dengan tata kelola yang baik,
transparan dan akuntabel, pendirian kawasan industri terpadu akan memberikan
manfaat yang optimal bagi semua pihak yang terlibat terutama pelaku industri,
masyarakat sekitar kawasan dan pemerintah kabupaten. Sebaliknya tata kelola
yang buruk akan menyebabkan investor enggan untuk melakukan investasi di
Tulungagung.
B.
Penjelasan Teknis
Industri
pengolahan dikelompokkan ke dalam 4 golongan berdasarkan banyaknya pekerja,
yaitu :
1. Industri Besar adalah perusahaan
yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.
2. Indutri Sedang adalah perusahaan
yang mempunyai pekerja 20 – 99 orang.
3. Industri Kecil adalah perusahaan
yang mempunyai pekerja 5 – 19 orang.
4. Industri Rumahtangga adalah usaha
kerajinan rumahtangga yang
Sementara
itu, sektor industry yang turut menjadi andalan di Kabupaten
Tulungagung, sebagai contoh kerajinan marmer. Kerajinan khas batu marmer
produksi Kabupaten Tulungagung selain populer di kalangan domestik, juga telah
menjadi salah satu komoditi ekspor antar negara dengan omset per tahun mencapai
850 juta rupiah.
·
Sektor Perhubungan
Berhasil
tidaknya suatu pembangunan tidak bisa terlepas dari lancarnya aktivitas
masyarakat di segala bidang. Beberapa faktor yang dapat memperlancar aktivitas
masyarakat tersebut antara lain: jalan, sarana angkutan, dan sarana
telekomunikasi.
A. Jalan Raya
A. Jalan Raya
Jalan
merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting guna memperlancar kegiatan
perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut
peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Berdasarkan data dari Dinas PU/PPW Kabupaten Tulungagung
panjang jalan raya di Kabupaten Tulungagung mencapai 1.525,34 Km yang terbagi
atas jalan kabupaten 1.477,25 Km dan jalan negara 48,09 Km. untuk jalan
kabupaten kondisi jalan terbagi menjadi beberapa kondisi yaitu kondisi baik
1,45 persen, kondisi sedang 6,62 persen, dan kondisi rusak ringan 91,93 persen.
Untuk jalan negara kondisi jalannya baik.
B. Angkutan
Jumlah
kendaraan bermotor di Kabupaten Tulungagung mengalami kenaikan sebesar 12,81
persen dibanding dengan tahun 2004. Untuk jumlah permintaan SIM (Surat Izin
Mengemudi) juga mengalami kenaikan sebesar 10,11 persen. Jumlah kecelakaan lalu
lintas selama tahun 2005 dibandingkan tahun 2004 meningkat sebesar 29,63 persen
dengan jumlah kerugian sebesar Rp. 48.550.000,00.
Selain
kendaraan bermotor angkutan menggunakan kereta api merupakan alternatif lain
yang bisa digunakan untuk transportasi. Jumlah penumpang kereta api yang
berangkat pada tahun 2005 sebanyak 371.872 orang berarti meningkat 6,65 persen
dibanding dengan tahun sebelumnya. Sedangkan tempat yang dituju terbanyak
adalah Surabaya.
Pemerintah Kabupaten Tulungagung melakukan pembenahan di
semua sektor, tidak terkecuali pada bangunan terminal yang kurang perawatan. Sejak dioperasikan, terminal Tulungagung belum mengalami
pertambahan luas lahan. Oleh karena itu akan dilakukan pengembangan dan
revitalisasi yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat pengguna angkutan umum. Saat ini, selain melayani Angkutan Kota
Dalam Provinsi (AKDP) dan Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP),Terminal
Tulungagung juga melayani angkutan pedesaan yang menghubungkan antar daerah
pusat kota Kabupaten Tulungagung dengan daerah sekitarnya.
C. Pos dan Giro
Dalam
era globalisasi ini, peran telekomunikasi sangatlah penting. Seban tanpa adanya
sara telekomunikasi yang baik dan mudah tentunya akan banyak ketinggalan
informasi, yang pada akhirnya akan mengakibatkan ketertinggalan. Dengan banyak
informasi yang diperoleh akan mendorong kita untuk segera bangkit untuk
melaksanakan pembangunan setidaknya sama atau bahkan lebih dari daerah yang
lain.
Kantor
pelayanan pos dibedakan menjadi kantor pos besar dan kantor pos pembantu
masing-masing sebanyak 1 unit dan 17 unit. Jenis pelayanan Pos antara lain
tabungan, wesel, dan surat-menyurat. Pada tahun 2005 kantor pos melakukan
pelayanan pengiriman wesel, paket, dan surat masing-masing sebanyak 7.193.983,
2.219, dan 156.813.
Untuk pengiriman dan penerimaan surat pada tahun 2005
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan
masyarakat memilih sarana yang lebih efektif untuk berkomunikasi yaitu dengan
menggunakan telepon.
D. Hotel
D. Hotel
Hotel
merupakan salah satu sarana penunjang pariwisata, data mengenai hotel diperoleh
dari survei yang dilaksanakan setiap tahun oleh BPS. Jumlah hotel di Kabupaten
Tulungagung pada tahun 2005 sebanyak 19 hotel. Jumlah tamu yang menginap di
hotel mengalami penurunan untuk tamu domestik sebesar 8,36 persen, jumlah tamu
asing juga mengalami penurunan sebesar 22,13 persen dibandingkan tahun
sebelumnya.
·
Sektor Lembaga Keuangan
A. Keuangan
Daerah
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka ada juga
kewenangan dalam rangka mengatur pelaksanaan pemerintahan di daerah yang
berdampak pada keuangan daerah baik mengenai sumber maupun alokasinya.
Cakupan dalam hal ini meliputi pendapatan dari pajak bumi
dan bangunan (PBB) yang bersumber dari kantor Pelayanan PBB juga dari Dispenda
Provinsi Jawa Timur di Tulungagung. Sedangkan
pendapatan TPR bersumber dari Dinas Perhubungan Kabupaten Tulungagung Kabupaten
Tulungagung. Dalam bab ini tercakup juga realisasi pendapatan dan belanja
daerah, serta pendapatan menurut jenis dan tahun anggaran. PBB di sektor
perkotaan pada tahun 2005 persentase pemasukan sebesar 89,10 persen, sedangkan
di sektor pedesaan persentase pemasukan sebesar 91,98 persen. Pendapatan daerah
pada tahun anggaran 2005 sebesar Rp. 30.794.608.658,00.
B. Perbankan
B. Perbankan
Dalam
menghadapi era perdagangan bebas dan globalisasi, peranan perbankan semakin
diperlukan. Sebab untuk pergerakan ekonomi suatu daerah diperlukan suatu tempat
untuk keluar masuknya dana usaha yang memerlukan waktu yang cepat untuk aliran
dananya. Dewasa ini hampir semua perbankan sudah menggunakan fasilitas
tersebut.
Data
statistik perbankan bersumber dari Bank Indonesia (BI) cabang Kediri, yang
mencakup masalah perbankan menurut pendekatan pendapatan dan pendekatan provisi
serta jumlah aktiva.
C. Perkoperasian
C. Perkoperasian
Salah
satu alternatif untuk menggerakkan perekonomian adalah kegiatan Koperasi.
Koperasi ini sudah ada sejak lama, dan azasnya sesuai dengan azas masyarakat
Indonesia, yaitu azas usaha bersama dlaam rangka mewujudkan kesejahteraan
bersama.
Koperasi
terdiri atas koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah
koperasi yang anggotanya orang seorang di mana wilayah keanggotaannya meliputi
satu Kabupaten/Kota dan kewenangan pembinaanya menjadi tanggung jawab
Kabupaten/Kota. Sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang anggotanya
terdiri atas koperasi primer dan wilayah keanggotaannya meliputi satu
Kabupaten/Kota serta kewenangan pembinaannya menjadi tanggung jawab
Kabupaten/Kota.
Data
mengenai koperasi bersumber dari Kantor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kabupaten Tulungagung, yang meliputi jumlah anggota dan modal koperasi menurut
Kecamatan serta perkembangan koperasi. Banyaknya koperasi tahun 2005 mengalami
kenaikan sebesar 7,28 persen dibandingkan dengan tahun 2004, demikian juga
dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)-nya mengalami kenaikan sebesar 27,34 persen.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi adalah masalah jangka panjang. Setiap daerah mempunyai
kesempatan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi oleh karena setiap daerah telah diberikan kewenangan untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, atau dengan istilah yang sudah
lazim, diberikan hak otonomi (Josef, 1998; 11).
Namun ketika sebuah daerah gagal menggerakkan sendi-sendi perekonomian
daerahnya, bisa dipastikan bahwa daerah tersebut menuju pada kondisi yang
memprihatinkan karena tingginya angka kemiskinan. Ketika angka kemiskinan
menjadi tinggi, maka tingkat pembangunan akan rendah sehingga menghambat
pertumbuhan daerah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Hal ini bisa terjadi karena adanya korelasi antara kinerja
pemerintahan dan masyarakat. Dari korelasi tersebut muncul program-program yang
berusaha membenahi faktor-faktor yang menghambat pembangunan daerah. Ketika
pembangunan daerah semakin meningkat, maka pertumbuhan ekonomi pun ikut meningkat
karena tingkat produksi dan konsumsi masyarakat juga meningkat.
4.2 Saran
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabil tentu bukan menjadi
apa-apa jika tidak diimbangi dengan pemerataan pendapatan dari masyarakat
Indonesia itu sendiri. Jadi alangkah baiknya jika pemerintah juga sangat
memperhatikan pemerataan pendapatan yang terjadi dewasa ini.
Pemerataan pembangunan infrastruktur daerah
juga patut menjadi sorotan. Karena pembangunan infrastruktur yang memadai
akan membawa daerah tersebut pada iklim ekonomi dan investasi yang
menjanjikan. Saat ini, pembangunan hanya terpusat di daerah pusat pemerintahan. Pembangunan
fasilitas dan sarana prasarana daerah desa terpelosok masih lamban dan jauh dari infrastruktur yang memadai. Hal ini mungkin dapat menjadi
masukan untuk pemerintah supaya mengembangkan pemerataan infrastruktur untuk memaksimalkan
potensi pembangunan, baik dari pusat kota maupun
dari pelosok desa.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Tulungagung dan BAPPEDA
Kabupaten Tulungagung. 2012. Tulungagung Dalam
Angka/Tulungagung In Figures 2012. Katalog BPS
1102001. 3504
Case, Karl E.;
Fair, Ray C. (1999), Principles of Economics (5th ed.), Prentice-Hall, ISBN 0-13-961905-4
Dornbusch, Rudiger, dan Fischer, S. 1986. “Third World Debt”. Science. The
AAAS, 234, Oktober.
Kasianto. 2013.
Kebijakan Sistem Pemerintahan E-Goverment di Kabupaten Tulungagung. http://www.scribd.com/doc/148663057/KEBIJAKAN-SISTEM-PEMERINTAHAN-E-GOVERNMENT-DI-KABUPATEN-TULUNGAGUNG#download. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2013.
Riwu Kaho, Josef. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia.
Jakarta: PT Rja Grafindo Persada.
Sukirno,
Sadono, 1994, Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sukirno,
Sadono.(2004). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sukirno, Sardono.
1996. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Rembang: Bina
BG GRAFIKA
Tambunan, Tulus. 2011. Perekonomian Indonesia. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Tambunan, Tulus. T.H. 2006b. Perekonomian Indonesia Sejak Orde Lama hingga
Pasca Krisis. Jakarta: PT Pustaka Quantum.
No comments:
Post a Comment